Efek rumah kaca sebagai masalah lingkungan secara global terjadi karena ini

Rabu, 28 Desember 2022
Efek rumah kaca sebagai masalah lingkungan secara global terjadi karena ini

Efek rumah kaca atau Green House Effect (GHE) sebagai masalah lingkungan secara global terjadi karena ini, yaitu pada dasarnya disebabkan karena adanya kenaikan suhu atmosfer akibat dari gas rumah kaca yang menyerap gelombang panas dari matahari yang dipantulkan oleh Bumi. Adapun beberapa hal lainnya mengenai efek rumah kaca akan lebih dibahas lagi nantinya.

Penjelasan lebih mengenai efek rumah kaca yaitu merupakan suatu proses yang terjadi ketika gas yang berada di atmosfer Bumi menyerap panas dari sinar Matahari yang berasal dari Bumi. Ataupun proses efek rumah kaca dapat dijelaskan juga sebagai proses ketika terdapat radiasi sinar Matahari yang mengenai atmosfer Bumi. Radiasi energi panas yang dipantulkan oleh Bumi akan terhalang, yang menjadikan panas tersebut tertahan di Bumi. Ketika panas tersebut tertahan di Bumi, kemudian menjadikan suhu di Bumi meningkat. Gas pada rumah kaca membiarkan cahaya Matahari untuk masuk ke dalam Bumi, akan tetapi gas tersebut tidak dapat memantulkan lagi ke permukaa Bumi.

Penyebab dari efek rumah kaca ini ialah banyaknya gas rumah kaca, yaitu banyak gas yang berada dalam atmosfer yang menyerap gelombang panas, di mana gas rumah kaca tersebut adalah karbon dioksida. Baik itu efek rumah kaca dan rumah kaca, merupakan penyebab dari terjadinya proses pemanasan global.

Adapun terdapat beberapa aktivitas yang dilakukan oleh manusia yang dapat menjadi penyebab timbulnya efek rumah kaca, seperti:

1.      Hasil pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, asap dari pabrik dan asap hasil pembakaran bahan bakar berbagai mesin yang digunakan manusia,

2.      Pemakaian pupuk kimia pada bidang pertanian yang begitu tinggi,

3.      Chlorofluorocarbon atau CFC pada alat pendingin ruangan seperti AC yang digunakan secara berlebihan,

4.      Aktivitas pada lahan pertanian sawah, hewan, dan lain-lain yang menghasilkan emisi gas metana.

Ketika sinar Matahari berupa gelombang elektromagnetik yang menyimpan energi mengenai Bumi, maka hal tersebut akan menjadikan suhu di Bumi naik dan Bumi menjadi panas. Terdapat sebagian energi panas yang dipantulkan kembali oleh Bumi ke atmosfer, akan tetapi juga terdapat sebagian energi panas yang terperangkap di atmosfer sebagai gelobang panas, berupa sinar infra merah. Kemudian, gelombang panas yang terbentuk memiliki frekuensi lebih rendah apabila dibandingkan dengan saat dipancarkan oleh Matahari dan mengenai Bumi.

Di dalam atmosfer, sinar infra merah diserap oleh berbagai molekul gas yang ada. Hal tersebut menjadikan suhu di atmosfer menjadi naik. Ketika suhu di atmosfer tersebut naik, maka hal tersebut merupakan efek rumah kaca.

Sejak pertengahan abad ke-20, terjadi peningkatan suhu secara global yang kemungkinan besar disebabkan karena adanya peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat dari aktivias yang dilakukan oleh manusia dengan efek rumah kaca. Kemudian, terdapat beberapa efek dari pemanasan global, seperti:

1.      Terjadi perubahan iklim atau cuaca, yaitu meningkatnya jumlah fenomena cuaca ekstrem yang terjadi di bumi khususnya,

2.      Adanya kenaikan frekuensi dan intensitas angin yang menjadikan terjadinya badai,

3.      Es yang berada di Kutub menjadi cair seiring dengan waktu,

4.      Suhu pada permukaan laut naik, dan menjadikan bertambahnya tinggi dari air laut atau juga terjadi peningkatan level dari permukaan laut.

Pada dasarnya, efek rumah kaca hanya dapat terjadi pada setiap planet yang memiliki lapisan atmosfer saja, seperti Bumi, Venus, Mars, dan satelit alami yang dimiliki oleh Saturnus. Hal tersebut didasarkan pada atmosfer Bumi yang mengandung beberapa gas rumah kaca alami yang begitu penting, yaitu siklus air, karbon dioksida (CO2), uap air (H2O), Nitrous Oxide (N2O), Methana (CH4), OFC, Ozon (O3), dan HFC. Apabila gas-gas tersebut tidak ada, maka kehidupan di Bumi tidak akan mungkin terjadi.

Apabila gas-gas penting pada rumah kaca tidak terdapat pada atmosfer Bumi, maka suhu di Bumi akan menjadi sangatlah dingin, seperti yang ditemukan pada planet Mars. Namun, apabila terlalu banyak jumlah gas rumah kaca di Bumi, maka suhu di Bumi akan semakin naik, atau semakin panas.

Adapun penelitian mengenai efek rumah kaca telah dipelajari sejak tahun 1824 oleh Joseph Fourier, salah seorang ilmuan yang mengatakan bahwa terdapat gas rumah kaca yang menjadikan iklim dan cuaca di Bumi menjadi layak dihuni. Apabila tidak ada efek rumah kaca, maka diperkirakan permukaan di Bumi akan berubah kurang lebih 60 derajat selsius atau 15,6 derajat selsius lebih dingin dibandingkan saat ini.

Baca Artikel Lainnya : Macam-Macam bahan Bakar Di Indonesia

Peristiwa yang terjadi pada rumah kaca, di mana terdapat panas yang masuk di dalam rumah kaca akan terperangkap di dalamnya dan panas tersebut tidak dapat menembus ke luar kaca, hal tersebut menjadikan terbentuknya penamaan efek rumah kaca. Selain itu, hal tersebut juga akan menjadikan suhu di dalam keseluruhan rumah kaca menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan suhu yang berada di luar rumah kaca.

Terdapat beberapa dampak atau efek yang dihasilkan oleh rumah kaca, seperti:

1.      Terjadi perubahan suhu di Bumi menjadi semakin tinggi, menjadikan terjadinya perubahan iklim di berbagai daerah di Bumi khususnya,

2.      Terjadinya kegagalan dalam skala besar saat panen hasil pertanian, akibat terjadinya perubahan iklim yang begitu signifikan,

3.      Glasier atau bongkahan es mencair dengan cepat, menjadikan kadar air laut menjadi meningkat, seiring dengan proses mencairnya es atau glasier itu.

4.      Tingkat kepunahan berbagai spesies mahluk hidup meningkat,

5.      Lapisan ozon pada atmosfer yang melindungi Bumi dari bahaya radiasi sinar ultra violet atau UV menjadi menipis,

6.      Terumbu karang di perairan laut hilang dari habitatnya.

Pada dasarnya, apabila gas pada rumah kaca tidak meningkat, maka permukaan di Bumi tidak akan menjadi semakin panas atau dikenal juga sebagai pemanasan global atau global warming. Adapun berberapa unsur efek rumah kaca yang memicu pemanasan global atau global warming tersebut seperti:

1.      Gas karbon dioksida (CO2)

Karbon dioksida tersusun dari karbon dan oksigen yang berada di sekitar mahluk hidup. Gas ini dihasilkan melalui proses pernafasan, proses pembusukan mahluk hidup, dan juga dihasilkan oleh gunung berapi. Namun saat ini, CO2 ini lebih banyak dihasilkan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batu bara, dan gas bumi.

Dalam kehidupan sehari-hari, CO2 ini dihasilkan oleh kendaraan bermotor yang menggunakan berbagai macam bahan bakar fosil, listrik yang dihasilkan dari minyak atau batu bara, dan juga biasanya dihasilkan oleh asap pabrik dan mesin.

2.      Uap air (H2O)

Air yang ada di darat dan lautan akan menguap apabila terkena panas dari Matahari yang menjadikan awan di langit. Awan yang mengandung air tersebut kemudian akan kembali ke daratan dan lautan dalam bentuk hujan dan memberikan efek dingin pada permukaan bumi.

3.      Metana (CH4)

Metana ini terbentuk dari kandungan karbon dan air yang dihasilkan dari rawa-rawa, sawah, padi atau pertanian, peternakan, sampah sisa makanan, dan penggunaan gas bumi dan juga batu bara. Semakin tingginya modernisasi, menjadikan gas metana menjadi lebih banyak dihasilkan.

Hal tersebut disebabkan semakin banyaknya daging yang dikonsumsi, maka semakin banyak juga peternakan yang ada di Bumi. Hewan-hewan menghasilkan metana ketika mencerna tumbuhan yang mereka konsumsi, kemudian dikeluarkan. Adapun metana ialah penyebab pemanasan global terburuk setelah karbon dioksida atau CO2.

4.      Nitrous oxide (N2O)

Nitrous oxide atau dinitrogen oksida atau lebih dikenal sebagai penambah kecepatan pada kendaraan dan juga roket secara alami dihasilkan oleh bakteri yang ada di daratan dan lautan. Namun, N2O saat kini juga dihasilkan oleh berbagai pabrik, pupuk, dan pembangkit listrik. Hal tersebut menjadikan lapisan ozon menjadi rusak yang bisa menjadikan manusia dan mahluk hidup terpapar oleh radiasi yang bisa merusak tubuh, di mana salah satunya adalah kanker kulit.

5.      Ozon (O3)

Ozon adalah lapisan di langit yang berada pada stratosfer yang berada pada ketinggian 30 kilometer. Ozon ini berfungsi sebagai penangkal radiasi matahari yang sangat kuat, bertujuan untuk melindungi manusia dan mahluk hidup lainnya.

Akan tetapi selama ini manusia menghabiskan waktunya lebih untuk menambah lapisan troposfer atau lapisan ozon di langit yang rendah. Ozon troposfer tersebut menjadikan banyaknya panas yang tertahan di Bumi karena terbentuk dari berbagai aktivitas yang dilakukan oleh manusia seperti mengendarai kendaraan dan berbagai aktivitas pabrik.

6.      Chlorofluorocarbon atau CFC

Chlorofluorocarbon atau CFC terbentuk dari berbagai unsur, yaitu klorin, karbon, flourin, dan hidrogen yang lebih banyak digunakan oleh manusia sebagai senyawa kimia pendingin atau biasa disebut sebagai freon. Freon tersebut terdapat pada berbagai alat elektronik seperti AC dan kulkas, bahkan juga ditemukan pada semprotan deodoran.

Baca Artikel Lainnya : Pom Bensin Terdekat 24 Jam

Gas Chlorofluorocarbon atau CFC tersebut dapat merusak lapisan ozon dan semakin memperkuat efek rumah kaca yang menjadikan Bumi menjadi semakin panas bila dibandingkan dari waktu sebelumnya.

Untuk mengatasi global warming tersebut, setidaknya terdapat beberapa contoh hal yang dapat diterapkan, seperti:

1.      Menggunakan transportasi umum atau juga bepergian menggunakan transportasi yang tidak menggunakan bahan bakar fosil;

Apabila memungkinkan, hendaklah lebih banyak berjalan kaki ketika bepergian, atau bisa juga dengan menggunakan sepeda. Sedangkan bila tidak memungkinkan, maka dapat menggunakan transportasi umum, sehingga gas hasil dari kendaraan bermesin dapat lebih diminimalisir nantinya.

2.      Meminimalkan penggunaan peralatan yang mengandung CFC;

Sebagaimana diketahui bahwa CFC termasuk ke dalam faktor penyumbang terjadinya global warming, maka hendaklah mengurangi penggunaan benda-benda yang mendangung CFC, seperti dengan membuat lebih banyak ventilasi udara.

3.      Mematikan perangkat elektronik apabila tidak dipergunakan;

Hal ini bertujuan untuk menghemat pengeluaran sumber daya alam, atau bahan bakar yang dapat menjadikan terjadinya global warming.

4.      3R (Reduce, Reuse, Recycle)

Reduce yaitu menghemat atau mengurangi penggunaan barang-barang atau alat yang dihasilkan dari alam, seperti contoh tissue atau kertas yang dihasilkan dari pepohonan. Apabila penggunaan alat atau barang-barang tersebut dibatasi, maka lebih sedikit pepohonan yang dikorbankan untuk membuatnya.

Reuse yaitu menggunakan kembali peralatan atau benda-benda yang masih bisa dipakai, tidak langsung membuang barang yang tidak disukai, karena dapat menjadikan lebih banyak sumber daya alam yang dikorbankan untuk membuat peralatan atau benda-benda tersebut.

Recycle yaitu mendaur ulang benda atau alat yang kemudian dapat digunakan lagi, untuk meminimalisir lebih banyak sumber daya alam yang dikorbankan untuk membuat barang baru lainnya.

5.      Menanam pohon atau reboisasi, atau juga merawat alam lainnya

Dengan menanam banyak pohon atau tanaman, maka tanaman tersebut dapat menetralisir CO2 berlebih yang dapat mengakibatkan global warming. Selain itu, tanaman tersebut juga berguna sebagai pencegah banjir, bermanfaat bagi kesehatan, dan lain-lain.

Selain itu, perlu juga diperhatikan untuk menggunakan pupuk organik atau kompos dalam proses penanaman tumbuhan itu, selain untuk mencegah global warming, pupuk kompos atau organik tersebut juga bermanfaat untuk hasil dari tumbuhan itu sendiri menjadi lebih sehat nantinya.

Berbicara mengenai global warming, maka tidak bisa dilepaskan juga dengan penggunaan produk-produk yang lebih ramah untuk lingkungan, di mana PT Pertamina (Persero) menyediakan berbagai macam produk unggulan yang lebih ramah bila digunakan di setiap kegiatan manusia.

Beberapa produk yang lebih ramah untuk lingkungan, di antaranya seperti:

1.      Untuk kapal laut, PT Pertamina (Persero) menyediakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, yaitu Low Sulphuur Fuel Oil atau LSFO. LSFO dengan kandungan sulfur yang dibatasi dengan kadar maksimal sebesar 0.5 persen sebagai wujud PT Pertamina (Persero) peduli terhadap lingkungan, terlebih pada penduduk yang tinggal di dekat pelabuhan atau pantai, serta sebagai wujud taat terhadap regulasi Marpol dan aturan-aturan nasional maupun internasional lainnya.

2.      Untuk mesin diesel, khususnya kendaraan diesel, PT Pertamina (Persero) menyediakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, yaitu Pertamina Dex. Pertamina Dex mempunyai kandungan Cetane Number (CN) sebesar 53 dan telah lulus standar emisi euro, di mana memiliki kandungan sulfur yang rendah, sehingga lebih ramah lingkungan dan juga memiliki performa yang sangat baik bila digunakan pada berbagai jenis mesin diesel.

3.      Di sektor industri alumunium maupun logam, PT Pertamina (Persero) menyediakan bahan baku yang lebih ramah lingkungan, yaitu Green Coke.

Green Coke dapat digunakan untuk berbagai macam hal, seperti bahan pengurai pada pabrik alumunium, reduktor dalam proses peleburan timah, bahan penambah kadar karbon untuk industri logam atau juga pelebur baja, bahan bakar untuk industri semen dan pembangkit listrik.

Adapun sebagai bahan bakar, Green Coke memiliki berbagai keunggulan bila dibandingkan dengan batu bara, seperti proses penimbunan yang lebih mudah dan tidak menghasilkan banyak polusi, proses pemecahan lebih mudah, dan memiliki kandungan abu yang lebih rendah, yaitu Green Coke memiliki kandungan abu 0,10 persen, volatile matter 13,82 persen, dan kandungan sulfur yang rendah sebesar 0,50 persen yang menjadikan produk ini lebih ramah lingkungan.

4.      Untuk kegiatan pengeboran, PT Pertamina (Persero) menyediakan bahan dasar pembuatan drilling mud yang lebih ramah lingkungan, yaitu Smooth Fluid 05, di mana Smooth Fluid 05 ini merupakan synthetic base mud yang bersifat non korosif, dapat digunakan pada penggunaan gasket dan seal, aman digunakan untuk alat pengeboran, dan lebih stabil bila ingin disimpan dalam jangka waktu yang panjang.

Smooth Fluid 05 lebih ramah lingkungan yang dibuktikan dengan telah memenuhi standar authorization for expenditure, aman saat digunakan untuk membantu pengeboran yang dekat dengan sumber air bersih tanpa membuat kerusakan lingkungan. Selain itu, Smooth Fluid 05 juga telah teruji di berbagai wilayah, seperti telah digunakan pada aktivitas pengeboran di deep water di Kalimantan, hingga Gurun Sahara di Al Jazair. Hal tersebut tidak terlepas dari uji komprehensif yang dilakukan oleh PT Pertamina terhadap Smooth Fluid 05 ini, seperti uji toxicity, biodegradability, eye irritation, skin irritation, dan BTX content. Dari berbagai hal tersebut, menjadikan Smooth Fluid 05 bukan hanya baik digunakan dalam proses pengeboran dalam negeri, tapi juga baik untuk digunakan dalam proses pengeboran di luar Indonesia.

5.      Untuk kegiatan sehari-hari, PT Pertamina (Persero) menyediakan produk yang dapat mengatasi karat yang lebih ramah lingkungan, yaitu Spreeze (penetrating oil). Spreeze merupakan produk pelumas untuk mengatasi karat dengan formula zat aktif khusus yang ramah lingkungan. Selain dapat digunakan untuk mengatasi karat, Spreeze juga dapat digunakan untuk membersihkan kotoran minyak dan juga gemuk pada logam, membantu membuka peralatan yang macet, pelumas pada rantai, melindungi dari kelembaban uap air pada permukaan logam, dan lain-lain.



Ikuti Sosial Media Kami One Solution Pertamina

Linkedin   : Pertamina 1 Solution

Instagram : Pertamina1solution

Facebook  : Pertamina1solution