Jenis-jenis bahan bakar pesawat - Pesawat udara ialah setiap mesin ataupun alat yang dapat terbang di atmosfer atau juga angin yang disebabkan karena adanya gaya angkat dari reaksi udara, akan tetapi bukan karena adanya reaksi udara terdapat permukaan Bumi yang digunakan pada saat terbang. Pesawat udara ini mencangkup helikopter (disebut juga dengan pesawat udara yang lebih berat dari udara), dan juga pesawat terbang atau disebut juga sebagai pesawat dengan sayap tetap.
Pada sejarahnya, pesawat mulai dilakukan penelitian dan percobaan pembuatannya pada tahun 810 di Andalusia atau di Spanyol oleh seorang ilmuan bernama Abbas Ibn Firmas. Secara umum, masyarakat biasanya mengenal pesawat terbang dan pesawat udara itu sama saja, yaitu sebagai kendaraan yang dapat terbang di udara. Akan tetapi, dalam dunia penerbangan, istilah pesawat udara dengan pesawat terbang itu berbeda, di mana pesawat udara jauh lebih luas bahasannya karena di sana mencangkup pesawat terbang dan juga jenis helikopter.
Terdapat dua (2) klasifikasi dari pesawat terbang, yang pertama yaitu pesawat yang lebih berat daripada udara atau aerodin. Adapun yang termasuk ke dalam jenis pertama, yaitu seperti autogiro, pesawat bersayap tetap, dan helikopter. Kedua, yaitu pesawat yang lebih ringan daripada udara atau aerostat, dengan contoh yaitu kapal udara. Dari dua klarifikasi tersebut, maka dapat diberi simpulan bahwa terdapat berbagai jenis-jenis bahan bakar pesawat di dunia ini.
Jenis-jenis bahan bakar pesawat di dunia sangatlah banyak jenisnya, akan tetapi bila ditanyakan kepada masyarakat umum, biasanya akan dijawab adalah avtur. Adapula yang mengatakan bahan bakar pesawat ialah avtur atau bensol, di mana pada kenyataannya hal tersebut merupakan suatu salah kaprah. Yaitu perlu diketahui bahwa avtur memang salah satu jenis dari bahan bakar pesawat, akan tetapi pada dasarnya bahan bakar pesawat tergantung mesin yang dipakai dari jenis pesawat itu sendiri.
Bahan bakar bensol, yang biasa disebut juga oleh masyarakat umum sebagai avtur pada dasarnya ialah avgas. Avgas atau Aviation Gasoline tersebut merupakan salah satu jenis bahan bakar untuk pesawat dengan mesin piston. Sedangkan Avtur atau Aviation Turbine Fuel ialah termasuk juga sebagai bahan bakar untuk pesawat yang menggunakan mesin turbin atau juga mesin jet. Oleh karena itu, bensol atau avgas berbeda dengan avtur.
Selain itu juga terdapat perbedaan dalam hal pengisian bahan bakar untuk kendaraan selain pesawat, dengan pesawat. Di mana untuk pesawat, dalam proses pengisian bahan bakar, dapat dilakukan selain di darat, juga dapat dilakukan di udara. Pada pengisian bahan bakar pesawat di udara, merupakan proses pemindahan ataupun pendistribusian bahan bakar dari satu pesawat dalm hal ini tangker ke pesawat penerima saat melakukan penerbangan, di mana biasanya dilakukan pada ketinggian 6.000 hingga 9.000 meter dengan kecepatan pesawat mencapai 367 km/jam. Pengisian bahan bakar di udara bertujuan supaya pesawat penerima dapat terbang lebih lama dan bisa menambah jarak tempuh atau waktu operasionalnya.
Setidaknya cara dari pengisian bahan bakar pesawat di udara dilakukan dengan pesawat tangker dan pesawat penerima saling berdekatan untuk melakukan proses pengisian, yaitu pesawat tangker akan berada di atas pesawat penerima untuk mengisi bahan bakar menggunakan selang atau pipa. Selang atau pipa itu akan diterima oleh penumpang di kokpit yang terbuka, kemudian disambungkan ke tangki bahan bakar. Selain itu juga terdapat pesawat yang dapat menerima dan menempatkan selang atau pipa dari tangker secara otomatis selama proses pengisian bahan bakar di udara itu.
Baca Artikel Lainnya : Bahan Bakar Pesawat
Kemudian, dalam proses pengisiannya, bahan bakar pesawat tidak boleh diisi penuh sesuai dengan kapasitas maksimal dari tempat penyimpanan bahan bakar pesawat itu sendiri. Pesawat hanya mengisi bahan bakar sesuai dengan kebutuhan perjalanannya, tidak mengabaikan durasi jarak tempuh penerbangan yang telah disesuaikan dengan peraturan yang ada.
Alasan tidak diisi penuhnya bahan bakar pesawat ialah untuk mencegah dari adanya kelebihan muatan atau overload di bagian pesawat, dikarenakan dapat mengakibatkan terciptanya bahaya serta hal-hal lain yang tidak diharapkan, terutama ketika pesawat berada di udara. Selain untuk mencegah terjadinya overload, adapun pesawat juga memiliki batas maksimal yang dimiliki pada beberapa aspek, seperti jumlah liter bahan bakar yang bisa dibawa, berat maksimal saat take-off, dan juga jumlah maksimal penumpang pesawat. Dari beberapa hal tersebut, perlu dipastikan dan diperhitungkan dengan sebaik-baiknya sebelum melanjutkan ke proses penerbangan supaya pesawat dapat sampai ke tujuan dengan selamat dan aman.
Kemudian, pada saat proses pengisian bahan bakar pada pesawat, dilarang keras untuk menggunakan alat elektronik yang memiliki gelombang frekuensi yang tinggi, seperti smarphone ataupun gawai lainnya, di mana hal tersebut merupakan aturan yang telah disepakati dan menjadi prosedur dalam pengisian bahan bakar dari The International Air Transport Association atau IATA. Selain mengenai gawai atau smarphone, ada juga prosedur untuk tidak merokok, tidak menggunakan naked light, dan tidak menggunakan bahan atau alat elektronik yang bisa memicu percikan api.
Penggunaan gawai pada saat pesawat melakukan pengisian bahan bakar dapat memicu terbakarnya uap bahan bakar yang disebabkan oleh gelombang elektromagnetik, serta frekuensi yang sangat tinggi dan tidak tahan terhadap ledakan yang dapat mengakibatkan kemungkinan uap yang mudah terbakar bisa masuk ke dalam gawai yang sedang digunakan, di mana di dalam gawai tersebut terdapat aliran listrik di dalamnya yang cukup untuk menciptakan percikan api nantinya.
Akan tetapi, apabila terpaksa ingin menggunakan gawai, maka dapat menggunakan gawai yang mempunyai pengaman dan tidak dapat memercikan api atau disebut juga dengan istilah intrinsically safe cell phone, di mana intrinsically safe cell phone ini adalah jenis gawai yang pada dasarnya diciptakan dan dikembangkan secara khusus untuk tetap bisa digunakan di tempat yang berbahaya, di mana tempat tersebut mudah meledak. Biasanya gawai jenis ini digunakan oleh operator dan petugas pengisian untuk tetap dapat saling berkomunikasi dengan operator pengendali yang ada di lapangan.
Sebelum membahas lebih dalam mengenai jenis-jenis bahan bakar pesawat di dunia, maka terlebih dahulu diketahui mengenai American Standard Testing Material atau ASTM. ASTM merupakan suatu standar uji dan penamaan untuk suatu material seperti pada bahan bakar pesawat. Di dalam ASTM Amerika Serikat, bahan bakar pesawat bukan hanya disebut avtur atau avgas saja, akan tetapi disebut menggunakan nama ASTM yang diikuti oleh kode angka. Sedangkan dalam standar yang dimiliki oleh Inggris, di sana menggunakan DEF-STAN yang kemudian diikuti dengan kode angka.
Jenis-jenis bahan bakar pesawat, diantaranya yaitu:
1. Avgas (Aviation Gasoline)
Merupakan bahan bakar pesawat untuk jenis pesawat dengan mesin piston. Bahan bakar avgas ini merupakan bahan bakar yang diolah dari gasoline atau bensin yang kemudian disempurnakan dari segi volatily, titik beku, titik didih, dan flash pointnya.
Avgas ini berbeda dari Mogas atau Motor Gasoline, di mana avgas dipergunakan pada pesawat terbang, sedangkan mogas dipergunakan pada kendaraan bermotor seperti mobil ataupun sepeda motor.
Avgas ini diklarifikasikan ke dalam beberapa jenis, di antaranya yaitu:
- Avgas 100 / DEF-STAN 91-90 / ASTM D-910
Ciri-ciri dari Avgas 100 yaitu nilai oktan yang tinggi karena adanya tambahan zat aditif yaitu lead atau timbal, dan memiliki warna hijau.
- Avgas 100LL
Sama halnya dengan Avgas, akan tetapi Avgas 100LL merupakan avgas dengan kadar timbal yang lebih sedikit, di mana LL tersebut merupakan singkatan dari Low Lead, dan warna dari Avgas 100LL ini ialah biru.
- Avgas 82UL / ASTM 6227
Biasa digunakan untuk mesin pesawat yang memiliki rasio kompresi rendah, dengan tidak adanya tambahan timbal di dalamnya, sehingga angka oktan di dalamnya tidak bertambah. Untuk warna dari bahan bakar ini adalah ungu.
2. Avtur (Aviation Turbine Fuel) atau Aviation Kerosene
Berbeda dengan Avgas di mana digunakan untuk pesawat dengan mesin berpiston, Avtur dipergunakan untuk pesawat dengan mesin turbin atau juga mesin jet. Selain itu, Avgas diolah dari bensin, sedangkan Avtur didapat dari proses pengolahan kerosene atau minyak tanah, dengan perbedaan dari minyak tanah yang biasa digunakan untuk kegiatan sehari-hari yaitu hanya pada kebersihan dan titik didih serta flash point nya.
Adapun Avtur ialah nama umum yang biasa digunakan dalam penyebutan bahan bakar pesawat. Namun pada dasarnya, setiap negara memiliki namanya sendiri dalam penamaan avtur di negaranya, di mana avtur untuk kalangan sipil berbeda dengan nama avtur untuk tentara NATO dan juga Tiongkok.
Avtur untuk sipil biasa diberi nama Jet A-1, Jet A, dan juga Jet B, sedangkan avtur yang dipergunakan di dunia militer diawali dengan huruf JP atau Jet Propellant. Di negara Inggris sendiri, menggunakan nama kode DEF STAN 91-91. Sedangkan untuk Amerika Serikat yaitu ASTM D1665. NATO F-35, negara-negara CIS atau Commontwealth of Independent States seperti Rusia, Belarus, Kazakhstan, Moldova, Tajikistan, Ukraina, Uzbekistan (Asia Tengah), Armenia, Azerbaijan, Georgia, Kirgistan, dan Turkmenistan menamainya dengan TS-1, dan Tiongkok memberi nama RP-1 RP-2 dan sebagainya.
Adapun penjelasan lebih mengenai avtur, sebagai berikut:
a. Avtur untuk sipil atau pesawat komersial, untuk maskapai
Avtur untuk sipil ini dibagi menjadi tiga (3), yaitu Jet A-1, Jet A, dan juga Jet B. Adapun perbedaan dari ketiganya yaitu freezing point atau titik beku Jet A-1 paling rendah bila dibandingkan dengan Jet A. Jet B ialah bahan bakar avtur yang mempunyai titik beku paling rendah.
b. Avtur Jet A-1 / DEF STAN 91-91 / ASTM-D1665 / F-35
Avtur Jet A-1 merupakan avtur yang paling banyak digunakan untuk pesawat sipil atau komersial, di mana memiliki kelebihan yaitu pada titik bekunya yang mencapai minus 47 derajat selsius.
Titik beku avtur mendukung pesawat untuk melakukan proses perjalanan ketika terbang cruising atau disebut dengan terbang jelajah dengan ketinggian mencapai 30.000 kaki, hingga 40.000 kaki, di mana paga ketinggian perjalanan tersebut, suhu ambient atau freestream dapat mencapai minus 45 derajat selsius. Oleh karena itu, apabila pesawat tidak menggunakan Avtur Jet A-1 ketika terbang jelajah, maka dapat dipastikan bahan bakar avtur akan menjadi es karena membeku, dan pesawat akan mengalami kegagalan mesin, dan pesawat akan terjatuh saat melakukan perjalanan jelajah.
Adapun Jet A-1 di beberapa negara mempunyai beberapa penamaannya, yaitu di Inggris disebut dengan DEF STAN 91-91, untuk NATO disebut sebagai F-35, dan ASTM internasional menyebutnya sebagai D1665. Akan tetapi pada umumnya sama, yaitu Avtur Jet A-1.
c. Avtur Jet A / F-35 / ASTM-D16 / DEF-STAN 91-91
Avtur Jet A mempunyai flash point minus 40 derajat selsius dan tidak digunakan pada pesawat komersil yang ada di Indonesia, biasanya digunakan pada pesawat latih atau juga pada pesawat yang menggunakan mesin jet yang tidak terbang pada ketinggian yang begitu tinggi yaitu kurang lebih hanya berada pada ketinggian maksimal 10.000 kaki, karena akan berbahaya bagi pesawat jenis ini untuk terbang seperti pesawat jelajah yaitu 30.000 hingga 40.000 kaki, di mana alasan suhu udara menjadi penyebab di dalamnya.
d. Avtur Jet B / CAN-CGSB 3 / ASTM D-6615
Untuk jenis Avtur Jet B ini dikhususkan untuk negara dengan cuaca ekstrem, yaitu negara yang memiliki suhu atau temperatur sangat dingin, seperti negara-negara di Eropa dan Amerika bagian utara, di mana Avtur Jet B ini memiliki flammability yang begitu tinggi, sehingga sangat cocok untuk negara dengan cuaca ekstrem.
Adapun Avtur Jet B ini tidak dipergunakan di Indonesia, dan avtur jenis ini sangatlah rumit dalam hal proses penyimpanannya, sehingga membutuhkan penanganan ekstra apabila ingin menggunakan avtur jenis ini.
e. Avtur untuk pesawat militer
Avtur jenis ini menggunakan simbol JP atau Jet Propellant, dengan contoh dari avtur untuk militer ini seperti:
- JP-4: adalah avtur dengan titik beku sangat rendah. Adapun NATO memberi kode untuk avtur ini sebagai F-40, dengan sebutan Avtag. Dalam hal lain, pada dasarnya JP-4 disebut dengan Jet B dalam versi bahan bakar sipil.
- JP-5: ialah avtur yang memiliki warna kuning, dan mempunyai titik beku minus 46 derajat selsius, di mana NATO memberi kode JP-5 ini sebagai F-44 dengan sebutan Avcat.
- JP-8: merupakan avtur yang paling banyak digunakan, karena JP-8 adalah Jet A-1 apabila dijelaskan dalam versi sipil. JP-8 ini disebut NATO dengan kode F-34.
Sedangkan untuk di Indonesia sendiri, PT Pertamina (Persero) setidaknya menyediakan dua produk bahan bakar untuk pesawat, yaitu Avtur (Jet A-1) dan Avgas, di mana Pertamina selalu memastikan penanganan dan juga kualitas setiap produk bahan bakarnya, di setiap tahap pemindahan produknya, mulai dari kilang, hingga dipergunakan pesawat, sesuai dengan standar regulasi Joint Inspection Group atau JIG. Adapun Jet A-1 telah terdaftar pada TSCA EINECS/ ELINCS dan juga pada AICS, dan tersertifikasi OSHA 29 CFR 1910.1200.
Kemudian untuk produk Avgas, telah sesuai dengan versi terbaru dari Standar Pertahanan 91/90 yang biasa digunakan pada pesawat yang menggunakan mesin piston dan untuk helikopter ringan, di mana Avgas yang disediakan oleh Pertamina ialah Avgas 100LL, di mana merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan dengan kadar kandungan aditif timbal kurang dari 0,56 gram di setiap liternya. Adapun Avgas dari PT Pertamina (Persero) telah terdaftar juga pada TSCA EINECS/ ELINCS dan AICS, dan juga tersertifikasi OSHA 29 CFR 1910.1200.
Ikuti Sosial Media Kami One Solution Pertamina
Linkedin : Pertamina 1 Solution
Instagram : Pertamina1solution
Facebook : Pertamina1solution