Avtur Pertamina: Tahan Hingga Ketinggian 40000 Kaki

Jumat, 08 September 2023
Avtur Pertamina

Banyak yang belum memahami sepenuhnya tentang apa itu Avtur. Mungkin istilah ini kerap kali sekilas muncul dalam berita ketika membicarakan bahan bakar pesawat. Namun, kenyataannya, masih terdapat banyak yang belum memahami apa sebenarnya Avtur ini. Padahal, bahan bakar ini memiliki peran sangat penting dalam operasional pesawat terbang. Sebuah penelitian yang terdokumentasikan dalam Jurnal Evaluasi Proses Pembuatan Avtur (Aviation Turbine Fuel) Berdasarkan Analisis Sifat Fisik dan Kimia Minyak Mentah (Crude Oil) di PT Pertamina Ru II Dumai oleh Jadinta Ginting, Ubaidillah Anwar Prabu, dan M. Akib Abro memberikan gambaran lebih jelas mengenai hal ini.

Apa Itu Avtur?

Viation Turbine Fuel (AVTUR), yang lebih dikenal secara internasional dengan nama Jet A-1, adalah jenis bahan bakar yang khusus dirancang untuk pesawat terbang, baik yang menggunakan mesin jet propulsion maupun mesin propeller. Berdasarkan jurnal yang sama, Avtur adalah turunan dari minyak tanah dengan spesifikasi yang sangat ketat, terutama dalam hal titik didih dan titik beku. Secara umum, Avtur memiliki standar kualitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jenis bahan bakar lainnya.

Salah satu aspek yang membedakan Avtur adalah desainnya yang disesuaikan secara khusus untuk mesin pesawat jenis turbin (external combustion). Selain berperan sebagai sumber energi untuk menggerakkan mesin pesawat, Avtur juga memiliki fungsi lain yang penting dalam sistem pengendalian mesin, yaitu sebagai pengondisi cairan hidrolik.

Dalam dunia penerbangan, pemahaman yang mendalam tentang Avtur sangatlah penting. Namun, perlu diingat bahwa istilah-istilah teknis dan karakteristik bahan bakar ini mungkin kurang dikenal oleh masyarakat umum. Oleh karena itu, upaya untuk mengedukasi lebih banyak orang tentang pentingnya Avtur dalam industri penerbangan menjadi suatu hal yang sangat relevan. Semakin banyak orang yang memahami substansi ini, semakin besar pula kesadaran akan peran krusialnya dalam menjaga keselamatan dan efisiensi penerbangan.

Jenis Bahan Bakar Pesawat

1. Aviation Gasoline (Avgas)

Dijelaskan dalam e-book Ensiklopedia Sistem Koloid dan Senyawa Hidrokarbon oleh Yuli Rohmatun, avgas adalah bahan bakar pesawat yang terbuat campuran minyak tanah dengan hidrokarbon cair antara 32°C - 222°C. Avgas didesain untuk pesawat dengan tipe mesin pada sistem pembakaran dalam (internal combustion engine) atau mesin piston dengan sistem pengapian. Mutu bahan bakar pesawat avgas ditentukan dengan bilangan oktan. Biasanya, pesawat berbasis avgas dalam skala yang lebih kecil, serta mencakup penerbangan pribadi maupun pelatihan penerbangan.

2. Aviation Turbin Fuel (Avtur)

Bahan bakar pesawat selanjutnya adalah avtur yang digunakan untuk mesin pesawat yang mampu menerobos batas maksimalnya. Alasan mengapa pesawat pakai avtur adalah karena avtur merupakan bahan bakar dari fraksi kerosene yang dirancang untuk bahan bakar pesawat bermesin turbin, yang memiliki ruang pembakaran eksternal (external combustion engine).

Jenis Bahan Bakar Jet Avtur:

2.1 Avtur Jet A-1

Avtur Jet A-1 adalah jenis bahan bakar yang paling umum digunakan untuk pesawat sipil atau komersial. Salah satu keunggulan utamanya adalah titik beku yang sangat rendah, yaitu mencapai maximum minus 47 derajat Celsius.

Titik beku yang rendah ini sangat penting karena ketika pesawat terbang pada ketinggian cruising, yang biasanya berkisar antara 30.000 kaki hingga 40.000 kaki, suhu udara di sekitar pesawat bisa mencapai minus 45 derajat Celsius. Oleh karena itu, penggunaan Avtur Jet A-1 sangat krusial untuk mencegah bahan bakar membeku selama perjalanan jelajah ini. Jika pesawat menggunakan jenis bahan bakar yang tidak tahan terhadap suhu rendah ini, maka bahan bakar avtur dapat membeku dan menyebabkan mesin pesawat mengalami kegagalan, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kecelakaan.

Penting untuk dicatat bahwa meskipun Avtur Jet A-1 sering disebut dengan nama yang berbeda di beberapa negara, seperti DEF STAN 91-91 di Inggris, F-35 untuk NATO, dan D1665 oleh ASTM internasional, pada dasarnya mereka adalah jenis bahan bakar avtur yang sama, yaitu Jet A-1.

2.2 Avtur Jet A

Avtur Jet A adalah jenis bahan bakar yang memiliki titik nyala pada suhu minus 40 derajat Celsius. Bahan bakar ini tidak umum digunakan pada pesawat komersil di Indonesia. Biasanya, Avtur Jet A digunakan pada pesawat latih atau pesawat dengan mesin jet yang beroperasi pada ketinggian yang relatif rendah, yaitu sekitar 10.000 kaki atau kurang. Penggunaan bahan bakar ini pada pesawat dengan ketinggian terbang yang lebih tinggi, seperti pesawat jelajah yang biasanya terbang pada ketinggian 30.000 hingga 40.000 kaki, dapat menjadi sangat berbahaya. Salah satu faktor penyebabnya adalah suhu udara yang lebih rendah pada ketinggian tersebut.

2.3 Avtur Jet B

Dijelaskan dalam situs National Aviation Academy, avtur Jet B merupakan alternatif bahan bakar umum jet dan avgas, terutama untuk digunakan dalam penerbangan sipil. Avtur Jet B memiliki titik beku yang rendah yaitu -76° C, membuatnya berguna di area yang sangat dingin.Avtur Jet B tidak digunakan di Indonesia, karena avtur jenis ini sangat tinggi flammability. Pada daerah cuaca ekstrem seperti di benua Eropa dan Amerika bagian Utara yang terkadang memiliki temperatur sangat dingin. Selain itu, penyimpanan avtur jenis ini juga sangat sulit oleh karena itu bahan bakar pesawat ini butuh penanganan ekstra.

Kinerja avtur sebagai bahan bakar pesawat ditentukan oleh karakteristik pembakaran, kebersihan, serta performanya pada temperatur rendah. Di Indonesia sendiri, produksi avtur diproduksi sendiri di kilang-kilang Pertamina.

3. Sustainable Aviation Fuel (SAF)

SAF (Sustainable Aviation Fuel) adalah bahan bakar nabati yang digunakan untuk menggerakkan pesawat, memiliki sifat serupa dengan bahan bakar jet konvensional namun dengan jejak karbon yang lebih kecil. Bergantung pada bahan baku dan teknologi yang digunakan untuk produksinya, SAF dapat mengurangi emisi gas rumah kaca (GHG) selama siklus hidup secara signifikan dibandingkan dengan bahan bakar jet konvensional. Beberapa jalur SAF yang baru muncul bahkan memiliki jejak GHG net-negatif.

Intensitas karbon yang lebih rendah dari SAF menjadikannya solusi penting untuk mengurangi GHG penerbangan. SAF yang terbuat dari biomassa terbarukan dan sumber daya limbah memiliki potensi untuk memberikan kinerja bahan bakar jet berbasis petroleum namun dengan jejak karbon yang hanya sebagian kecil, memberikan fondasi yang kokoh bagi maskapai untuk memisahkan emisi gas rumah kaca (GHG) dari penerbangan.