Solar adalah salah satu jenis bahan bakar yang dibuat dengan mengolah fraksi minyak bumi, yang dihasilkan dengan cara memisahkan minyak bumi dari fraksinya melalui proses distilasi yang kemudian menghasilkan fraksi Solar dengan titik didih 250 derajat Celcius hingga 300 derajat Celcius. Adapun contoh dari Solar adalah seperti Solar Industri. Solar itu sendiri adalah bahan bakar yang dikenal dan juga dianggap mudah terbakar, yang biasanya digunakan untuk menjalankan mesin diesel, di mana pada mesin diesel bahan bakar tidak ditiup oleh percikan api, tetapi oleh udara bertekanan panas di dalam silinder dinyalakan, melepaskan bahan bakar di bawah tekanan panas ke udara. Untuk contoh dari Solar itu sendiri bisa berupa Biosolar, di mana Biosolar itu bisa berupa Biosolar B30, kemudian mengenai bagaimana Biosolar B30 dibuat akan dibahas nantinya.
Sebelum menjelaskan mengenai bagaimana Biosolar B30 dibuat, terlebih dahulu dijelaskan beberapa karakteristik secara umum mengenai Solar itu sendiri, antara lain seperti:
Tidak berwarna atau bisa juga berwarna kuning dan berbau,
Tidak dapat menguap pada suhu normal,
Kandungan belerangnya lebih tinggi dari bensin dan coroxin,
Titik aktual atau titik nyala sekitar 40 derajat Celcius hingga 100 derajat Celcius,
Dapat menyala sendiri pada suhu 300 derajat Celcius,
Dapat menghasilkan panas yang banyak, sekitar 10.500 kcal/kg.
Kemudian ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk menentukan kualitas Solar sendiri, yaitu:
Mudah terbakar,
Tidak mudah berubah bentuk menjadi membeku atau memadat meski dalam suhu dingin.
Dapat menjalankan mesin dengan lancar dan memiliki sifat anti ketukan,
Viskositasnya harus cukup untuk disemprotkan dengan alat-alat pada mesin,
Tetap stabil, mis. tidak mengalami perubahan struktur, bentuk, warna selama penyimpanan,
Memiliki kandungan sulfur yang sangat rendah, semakin rendah semakin baik, sehingga tidak akan berdampak buruk pada mesin diesel dan tidak akan menimbulkan banyak polusi.
Selain Solar, terdapat juga Biosolar. Meski demikian, terdapat beberapa perbedaan dari Solar dan Biosolar itu, di antaranya seperti:
1. Energi yang terkandung
Tercipta dari beberapa ragam bahan yang memang berbeda, mengakibatkan kandungan energi dari Solar dan Biosolar memiliki perbedaan di antara keduanya. Karena Biosolar tercipta dari tumbuhan, maka Biosolar memiliki kandungan energi yang lebih kecil di dalamnya bila dibandingkan dengan bahan bakar Solar. Dengan perbandingan sebesar 11 persen, maka bisa dipastikan bahwa kandungan energi yang ada di dalam Solar lebih banyak dari Biosolar. Meskipun begitu, tetap saja usaha untuk dapat menciptakan olahan Biosolar yang lebih baik masih akan terus dikembangkan untuk dapat meningkatkan kandungan energi di dalamnya.
2. Tingkat sulfur
Belerang atau juga sulfur adalah merupakan suatu unsur non-logam yang memiliki bentuk zat padat kristalin berwarna kuning yang tidak memiliki rasa. Adapun sulfur itu sendiri merupakan unsur yang paling penting untuk dapat menciptakan proses pembakaran. Sulfur itu sendiri sangat banyak dipergunakan sebagai campuran di dalam penggunaan pada bubuk mesiu dan juga korek api.
Pada Biosolar, tingkat kandungan sulfur jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar sulfur yang ada pada Solar. Hal tersebut kemudian membuktikan dan juga sekaligus menjadikan bahwa Biosolar memiliki kandungan energi eksplosif yang lebih rendah bila dibandingkan dengan yang ada pada produk Solar.
Namun, karena adanya kandungan sulfur yang memang lebih rendah, maka Biosolar akan cenderung lebih ramah pada lingkungan karena tingkat kadar sulfur yang begitu rendah akan menghasilkan lebih sedikit karbondioksida. Berbeda dengan produk Solar di mana memiliki tingkat kadar sulfur yang sangat tinggi, maka Solar menghasilkan banyak karbondioksida. Oleh karena itu, Solar tergolong ke dalam salah satu dari penyebab terjadinya polusi udara.
3. Kekuatan dari proses oksidasi
Proses oksidasi itu sendiri adalah suatu proses dari lepasnya elektron yang ada di dalam sebuah molekul karena adanya pengikatan dengan oksigen. Pada saat pengolahan bahan bakar, proses oksidasi berperan dalam proses menciptakan sumber energi untuk dapat melakukan proses pembakaran. Dikarenakan Biosolar itu sendiri memilki kadar sulfur yang begitu jauh lebih rendah, maka proses dari oksidasi pada Biosolar pun cenderung lebih lemah. Bukan hanya itu, adanya proses oksidasi yang lemah juga akan cenderung dapat mengakibatkan penyumbatan pada beberapa bagian mesin.
Perlu diketahui bersama juga bahwa, Biosolar sebagai energi alternatif, tidak seratus persen sempurna yang dapat dijadikan sebagai bahan bakar pokok. Oleh karena itu, Biosolar disebut juga sebagai sumber energi alternatif ataupun sumber energi cadangan ataupun pengganti. Dibalik dari kelebihan dan juga kekurangan yang dimiliki oleh Biosolar, sumber energi alternatif Biosolar memiliki beragam potensi yang sangat cukup kuat untuk dapat terus dikembangkan nantinya.
Di mana dalam beberapa tahun kedepan nantinya, kebutuhan manusia akan adanya minyak bumi akan semakin bertambah setiap waktunya, namun untuk ketersediaan dari minyak bumi itu sendiri semakin menipis seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu, proses pengembangan dan juga penggunaan Biosolar dinilai sangat penting, khususnya bagi kehidupan setiap manusia di masa yang akan datang.
Penjelasan paling sederhana untuk dapat menjelaskan perbedaan antara Solar dan Biosolar adalah dari bahan dasar pembuatanya. Solar atau di dalam bahasa inggris disebut sebagai diesel, ialah terbuat dari bahan dasar fossil yaitu berupa minyak bumi. Sedangkan untuk Biosolar, yaitu terbuat dari bahan dasar yang terbentuk dari tumbuhan.
Untuk produk dari Biosolar itu, terdapat beberapa contohnya, seperti:
1. Biodiesel atau Biosolar B20
Pemerintah pusat mewajibkan pencampuran bahan nabati dan solar dengan komposisi 20persen nabati dan 80 persen solar. Program tersebut berlaku sejak Januari 2015 berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No. 12 Tahun 2015.
2. Biodiesel atau Biosolar B30
Campuran 30 persen biodiesel dan 70 persen solar. Jenis produk Biosolar B30 berlaku mulai Januari 2020 berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM) Nomor 12 Tahun 2015. Perubahan tersebut mempengaruhi Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Alam No. 32 Tahun 2008, yang mempengaruhi Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Alam No. 32 Tahun 2008. Akuisisi, penggunaan dan pengelolaan komersial bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain.
3. Biodiesel atau Biosolar B40
Biodiesel B40 merupakan peningkatan dari program Biosolar B30 dengan campuran biodiesel 40 persen. Hal ini sebagai respon atas keputusan atau arahan Presiden Joko Widodo bahwa penggunaan bahan bakar biodiesel dapat dilanjutkan hingga B100. Hasil ujian B40 diharapkan tersedia pada akhir tahun 2022.
4. Biodiesel atau Biosolar B50
Campuran minyak nabati dan Solar yang komposisinya bervariasi antara 50 persen nabati dan juga 50 persen Solar. Program ini terbuka untuk energi terbarukan berkelanjutan (EBT) sejak 2021.
5. Biodiesel atau Biosolar B100
Biodiesel B100 mengacu pada istilah Biodiesel, yaitu biofuel yang dapat digunakan pada mesin atau mesin diesel. Produk yang dihasilkan berupa fatty acid methyl ester (FAME) yang dibuat dari lemak hewani atau minyak nabati melalui proses esterifikasi.
Adapun untuk Biosolar B30 itu adalah suatu jenis bahan bakar yang terdiri dari campuran Solar yaitu minyak solar dan juga Biodiesel dengan adanya perbandingan 70:30. Artinya, 30 persen dari campuran tersebut merupakan terdiri dari bahan bakar yang berasal dari sumber nabati atau organik, seperti dari minyak kelapa sawit, jarak, ataupun dari beragam bahan organik lainnya. Biosolar B30 ini diperkenalkan sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan dan juga dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Keuntungan lain dari penggunaan Biosolar B30 adalah dari emisi gas buang yang lebih rendah, sehingga kemudian Biosolar B30 dapat membantu mengurangi polusi udara.
Baca Artikel Lainnya : Breezon
Mengacu pada pengertian Biodiesel sebelumnya, menjelaskan bahwa biodiesel dibuat dari beragam jenis tumbuhan atau bahan tumbuhan. Lebih tepatnya, bahan tanaman yang sesuai adalah biji buah atau tanaman. Di bawah ini adalah berbagai daftar dari buah-buahan atau bibit tanaman yang kemudian dapat diolah menjadi biodiesel di antaranya seperti:
Biji kapuk atau bibit pohon kapuk,
Kacang kacangan,
Nyampling,
Buah kemiri,
Bibit jarak pagar.
Beragam jenis tumbuhan tersebut merupakan contoh dari tumbuhan yang mudah tumbuh dan juga berada di lingkungan sekitar. Oleh karena itu, mengingat dari kemungkinan ketersediaannya, maka biodiesel termasuk ke dalam kategori dari energi alternatif terbarukan untuk menggantikan penggunaan Solar. Selain tumbuhan atau tumbuhan yang tercantum di atas, saat ini minyak kelapa sawit sedang menjadi perbincangan hangat dalam pemanfaatannya sebagai energi alternatif pengganti minyak tanah atau avtur.
Apabila dibahas efek mengenai penggunaan Biosolar B30 pada pengoperasiannya untuk beragam mesin, hal ini mungkin tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan, namun jika dilihat secara umum, banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan Biosolar B30, seperti:
1. Dapat mengurangi kebutuhan bahan baku minyak
Karena B30 hanya menggunakan 70 persen oli, penghematannya jelas 30 persen. Padahal, bahan baku minyak yang diproduksi Pertamina masih diimpor.
Dapat dikatakan juga yaitu, penurunan dari permintaan minyak dapat mengurangi nilai impor Indonesia.
2. CPO merupakan energi terbarukan karena berasal dari tumbuhan
Karena CPO ini berasal dari buah kelapa sawit, tanaman, maka minyak ini merupakan sumber energi terbarukan, sehingga kita tidak perlu khawatir akan kehabisan cadangan minyak dalam jangka panjang.
3. Menguntungkan petani kelapa sawit kecil
Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar di dunia dan pasar CPO sebagian besar terdiri dari ekspor, tetapi karena telah didiskriminasi oleh Uni Eropa, beberapa pihak mengkhawatirkan melimpahnya CPO di Indonesia.
Namun, dengan adanya program B30 di tahun 2020 dan rencana pengenalan B100 atau 100 persen minyak sawit, tentu menjadi kabar baik bagi petani kecil.
Pasalnya, kebutuhan CPO lokal akan semakin meningkat di masa mendatang.
Karena peraturan pemerintah tentang produksi dan penggunaan Biodiesel B30, manfaat utamanya adalah untuk meningkatkan fleksibilitas dan kemandirian sumber energi Indonesia, sekaligus meningkatkan nilai eceran industri kelapa sawit.
Baca Artikel Lainnya : Bitumen
Selain itu, Biodiesel B30 menghasilkan bahan nabati dengan menggunakan gas buang yang relatif bersih, sehingga dapat mengurangi emisi karbon. Selain itu, unsur FAME sebagai bahan pembersih mampu membersihkan kendaraan lebih baik dibandingkan bahan bakar minyak bumi.
Kemudian mengenai bagaimana Biosolar B30 dibuat, proses pembuatannya dilakukan dengan cara yaitu sebagai berikut:
1. Direct use dan juga blending
Mesin diesel yang mempergunakan minyak nabati secara langsung, maka sangat tidak baik dan juga dapat menimbulkan masalah, hal tersebut dikarenakan dapat menyebabkan suatu kegagalan bawaan. Meskipun minyak nabati itu memiliki sifat yang sangat mirip dengan bahan bakar Biosolar, akan tetapi masih diperlukan beberapa proses modifikasi secara kimiawi sebelum kemudian dapat menggunakannya.
Sebagian mesin diesel dapat menggunakan bahan bakar minyak nabati yang murni secara langsung, akan tetapi untuk mesin injeksi langsung seperti turbocharged, seperti pada truk, di sana tidak dapat dipergunakan secara langsung. Selain itu, untuk konsumsi energi pada mesin yang menggunakan minyak nabati yang murni juga sangat mirip dengan konsumsi energi bila menggunakan Biosolar.
2. Micro-emulsion
Pada proses micro-emulsion ini, memiliki definisi sebagai proses dispersi dari keseimbangan koloid pada mikrostruktur zat cairan isotropik optik dengan dimensi umumnya dengan rentang jarak 1-150 nm yang kemudian terbentuk secara spontan dari cairan yang umumnya tidak dapat bercampur dan juga satu atau lebih jenis ionik atau non ionik.
Kemudian, komponen Biodiesel yang selanjutnya diolah melalui proses micro-emulsion termasuk pada minyak nabati, bahan bakar diesel, alkohol, dan juga surfaktan serta penambah dari setana dalam proporsi yang sesuai.
Pada proses micro-emulsion, dapat membantu dalam mengurangi viskositas dan juga di sisi lain dapat meningkatkan dari angka setana Biodiesel. Meski demikian, penggunaan bahan bakar diesel hasil dari micro-emulsion secara terus-menerus nantinya dapat menyebabkan masalah, seperti pada jarum injektor yang menempel, kemudian juga pembentukan endapan karbon, dan tidak ketinggalan yaitu adanya pembakaran yang tidak selesai.
3. Thermal cracking atau pirolisis
Thermal cracking atau pirolisis didefinisikan sebagai suatu proses yang mengkonversi satu zat menjadi bentuk lainnya dengan menggunakan energi panas atau pemanasan dengan adanya bantuan dari katalisator. Pirolisis melibatkan suatu proses pemanasan di dalam kondisi anaerob yaitu tidak adanya oksigen dan juga pemutusan ikatan kimia untuk dapat menghasilkan molekul yang lebih kecil.
Proses kimia pirolitik akan sangat susah untuk dilakukan pada mengkarakterisasi, hal tersebut dikarenakan jalur reaksi yang bervariasi dan juga produk reaksi yang bervariasi yang mungkin juga diperoleh dari reaksi yang terjadi. Beragam bahan yang bisa dipirolisis dapat berupa minyak nabati, asam lemak alami, lemak hewani, dan juga asam lemak metil ester atau disebut FAME.
Pada proses produksi Biosolar, cara paling umum adalah dengan transesterifikasi. Transesterifikasi itu sendiri mengacu pada reaksi kimiawi dari katalis yang melibatkan minyak nabati dan juga alkohol untuk dapat menghasilkan asam lemak alkil ester yaitu Biodiesel dan juga gliserol. Reaksi transesterifikasi membutuhkan suatu zat basa yang kuat sebagai katalis, seperti zat natrium dan juga kalium hidroksida ataupun natrium metilasi dan juga atau proses transesterifikasi dengan basis asam sulfat.
Demikian informasi mengenai bagaimana Biosolar B30 dibuat. Semoga dapat menambah informasi mengenai apa itu Solar, karakteristik Solar, syarat Solar, perbedaan Solar dan Biosolar, Biosolar, contoh Biosolar, manfaat Biosolar B30, dan kemudian mengenai bagaimana Biosolar B30 dibuat itu sendiri. Semoga artikel ini bermanfaat dan juga mudah untuk dipahami.
kuti Sosial Media Kami One Solution Pertamina
Linkedin : Pertamina 1 Solution
Instagram : Pertamina1solution
Facebook : Pertamina1solution