Breezon

Rabu, 29 Maret 2023
Breezon

Dalam rangka HUT Pertamina ke-63, Unit III Plaju telah meluncurkan produk refrigerant ekologis yaitu Breezon MC-32 pada Senin, 7 Desember 2020.

Produk Breezon MC-32 dipresentasikan langsung oleh General Manager Refining Unit III, serta CEO dan juga Manager PT Kilang Pertamina Internasional yang hadir secara daring. Kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk bingkisan Pertamina untuk Indonesia, yang termasuk dalam rangkaian acara peringatan HUT Pertamina ke-63.

Manajer Umum Unit Pemurnian III Moh. Hasan Efendi menjelaskan bahwa Breezon MC-32 merupakan hasil pemikiran dan usaha para pekerja muda Pertamina. Yaitu, Breezon MC-32 merupakan evolusi dari produk sebelumnya yaitu Musicool MC-22. Dengan semangat untuk menciptakan produk yang unggul, ekologis dan ekologis. Untuk itu, PT Pertamina Persero menghadirkan Breezon MC-32 sebagai produk andalan dari PT Pertamina (Persero) Refinery Unit III.

Perkembangan teknologi penggunaan refrigeran sintetik pada pendingin yang kini bertransformasi dari R22 menjadi R32 menuntut Pertamina sebagai produsen refrigeran untuk terus berinovasi sesuai dengan tuntutan pasar. Breezon MC-32 merupakan upaya nyata Pertamina Refinery Unit III Plaju untuk mengembangkan produk refrigerasi baru sebagai jawaban atas perkembangan dunia refrigerasi.

Sebelum Breezon hadir, refrigeran sintetik telah lama didominasi oleh produk impor. Keberadaan Breezon MC-32 membuktikan bahwa Pertamina sebagai BUMN mampu memproduksi refrigeran pengganti R32 di dalam negeri. Oleh karena itu, inisiatif ini dapat mengurangi ketergantungan impor terhadap refrigeran sintetik. 

Breezon MC-32 merupakan refrigeran generasi terbaru yang aman, ramah lingkungan dan juga hemat energi berbahan propylene, diproduksi oleh kilang Pertamina Refinery Unit III Plaju. Breezon MC-32 ditujukan untuk segmen pasar kelas atas atau pengguna sadar lingkungan dari teknologi pendingin baru berbasis R32, seperti pelanggan B. Rumah tangga yang sebagian besar menggunakan AC bersama. Refrigeran utama Pertamina Breezon MC-32 juga cocok untuk bahan baku makanan dan industri kimia.

Pada Breezon MC-32, tidak terkandung refrigeran CFC, memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah, tidak menguras lapisan ozon dan lebih hemat energi. Menurut hasil penelitian yang dilakukan, Potensi Pemanasan Global (GWP) Breezon MC-32 lebih rendah sebesar 30 persen dibandingkan jenis refrigeran lainnya, yang juga menghemat konsumsi energi hingga sebesar 30 persen. 

Adapun Breezon adalah perkembangan dari produk Musicool MC-22, di mana Musicool MC-22 merupakan produk refrigeran jenis hidrokarbon yang diproduksi oleh PT Pertamina (Persero) yang dapat digunakan sebagai pengganti dari refrigeran sintetik jenis R-22, yang sebelum ini telah dipakai sebagai bahan dari pendingin dalam berbagai mesin pendingin seperti pada Refrigerator, Chiller, AC Split, Cold Storage dan mesin lainnya. 

Berikut ini adalah beberapa kelebihan apabila menggunakan Musicool MC-22 sebagai bahan pendingin, di antaranya yaitu: 

  1. Tidak memerlukan adanya pergantian komponen,

  2. Tidak memerlukan adanya pergantian oli atau pelumas,

  3. Jumlah pengisian dari media pendingin hanya berkisar sekitar 30 persen dibandingkan dengan jumlah media dari pendingin jenis CFC maupun HFC,

  4. Menurunkan tingkat aliran listrik dengan rata-rata sebesar 18 – 23 persen,

  5. Meningkatkan umur pada pemakaian kompresor,

  6. Terciptanya temperatur dengan tingkat dingin lebih cepat,

  7. Tidak memiliki dampak pada perusakan lapisan ozon,

  8. Tidak memiliki dampak pada peningkatkan dari pemanasan global.

Di mana Musicool telah diproduksi sejak tahun 2006, dengan adanya kebutuhan atas penggunaan alat pendingin atau biasanya sering disebut sebagai mesin refrigerasi memang sudah tidak terelakkan lagi di dalam berbagai kegiatan setiap manusia. Akan tetapi meski demikian, penggunaan zat refrigeran jenis sintetik yang selama ini telah dipergunakan di berbagai mesin pendingin, memiliki banyak dampak negatif seperti berupa rusaknya ozon serta menimbulkan potensi dari pemanasan global.

PT Pertamina (Persero) telah memberikan solusi berupa produk refrigeran alami yang tercipta dari bahan hidrokarbon, dengan nama produk Musicool karena seiring dengan munculnya perkembangan regulasi pemerintah serta peningkatan kesadaran dari berbagai pihak terkait adanya potensi dari kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh penggunaan refrigeran sintetik.

Baca Artikel Lainnya : Musicool

Adapun refrigeran itu sendiri merupakan satu atau campuran zat yang telah dipergunakan dalam sistem refrigerasi untuk dapat mentransfer panas dari suatu ruangan atau benda menuju lingkungan sekitarnya. Refrigeran umumnya terbentuk dari cairan atau gas yang mudah menguap dan juga  memiliki sifat termal yang sangat baik, yaitu dapat menyerap dan juga menghilangkan panas dari suatu benda ataupun lingkungan pada temperatur yang rendah.

Refrigeran dipergunakan dalam sistem refrigerasi pada pendingin makanan maupun minuman, AC, kulkas, pendingin udara, serta pada sistem pendingin lainnya. Ketika refrigeran mengalir melewati sistem pendingin, refrigeran menyerap panas dari udara atau benda di sekitarnya dan selanjutnya mengubahnya menjadi gas. Kemudian, refrigeran akan dikompresi dan dikirim menuju kondensor, di mana refrigeran akan melepaskan panas yang telah ditransfer sebelumnya dan selanjutnya kembali berubah ke bentuk cair untuk dapat digunakan kembali pada siklus pendinginan.

Untuk proses pembuatan refrigerant itu sendiri, pada umumnya membutuhkan beberapa tahapan, antara lain seperti:

  1. Pembuatan untuk bahan dasar: bahan dasar dari refrigeran biasanya akan dibuat melalui satu proses kimia yang terjadi di pabrik. Sebagai contoh yaitu gas alam maupun minyak bumi yang selanjutnya dapat diolah menjadi bahan kimia lainnya seperti propilena atau etilena.

  2. Reaksi kimia yaitu bahan dasar refrigeran yang sudah terbentuk, kemudian diubah melalui beragam reaksi kimia untuk selanjutnya menghasilkan produk refrigeran yang dibutuhkan. Sebagai contoh yaitu R-134a yang diciptakan melalui reaksi kimia antara hidrogenfluorida dengan tetrafluoroetilena.

  3. Pemurnian yaitu refrigeran yang telah jadi, selanjutnya nantinya haruslah dimurnikan terlebih dahulu untuk dapat memastikan bahwa tidak terdapat adanya kontaminan ataupun zat lain yang tercampur pada refigeran.

  4. Kemasan yaitu refrigeran yang telah melalui proses pemurnian kemudian akan dikemas ke dalam wadah yang ditentukan, seperti dikemas di tabung ataupun silinder, dan nantinya dijual kepada pengguna akhir.

Adapun untuk pembuatan refrigeran bisa beragam, tergantung dari jenis refrigeran yang dibuat serta teknologi yang dipergunakan oleh produsen. Meski demikian, penting untuk dipahami bahwa refrigeran bisa saja memiliki beragam dampak negatif pada lingkungan bila nantinya terjadi kebocoran dan kemudian naik ke atmosfer.

Hal tersebut dikarenakan sebagian besar refrigeran mengandung beragam gas yang dapat merusak lapisan ozon dan selanjutya menyebabkan pemanasan global. Maka dari itu, penggunaan refrigeran haruslah diatur dengan ketat, serta diawasi untuk dapat meminimalkan dampaknya terhadap lingkungan.

Berikut beberapa contoh dari refrigeran yang paling sering dipergunakan:

  1. R-134a yaitu dipergunakan pada sistem refrigerasi rumah tangga, serta sistem pendingin AC mobil.

  2. R-410A yaitu dipergunakan untuk sistem pendingin dari AC rumahan yang lebih modern dan memiliki tingkat efisiensi yang lebih baik dibanding jenis R-22.

  3. R-22 dipergunakan untuk sistem pendingin AC dan juga sistem refrigerasi komersial sebelum selanjutnya dilarang penggunaannya di tahun 2020, karena dapat berdampak negatif pada lingkungan.

  4. R-404A dipergunakan untuk sistem refrigerasi komersial seperti pada mesin es krim, dan lemari pendingin.

  5. R-290 atau propane dipergunakan untuk sistem refrigerasi rumahan, dan juga komersial sebagai alternatif ramah lingkungan dibandingkan jenis R-22 maupun R-404A.

  6. R-600a atau isobutana dipergunakan untuk sistem refrigerasi rumahan, serta komersial sebagai alternatif lebih ramah lingkungan bila dibandingkan R-22 maupun R-404A.

  7. R-717 atau ammonia dipergunakan pada sistem refrigerasi pada industri besar seperti di pendingin udara untuk beragam gedung besar ataupun pada pabrik es.

Beberapa jenis refrigeran yang telah banyak dipergunakan dalam sistem refrigerasi termasuk R-22, R-410A, R-134a, dan R-404A. Namun, tidak semua jenis refrigeran telah diidentifikasi sebagai penyebab dari kerusakan lapisan ozon dan/atau berkontribusi pada efek rumah kaca, sehingga kemudian dilarang penggunaannya di beberapa Negara, dan selanjutnya sedang dicari alternatif yang lebih ramah lingkungan.

Baca Artikel Lainnya : Aviasi

Efek rumah kaca tersebut yaitu ialah proses yang terjadi ketika gas yang ada pada atmosfer Bumi menyerap panas yang tercipta dari sinar Matahari yang bersumber dari Bumi. Bukan hanya itu, proses efek rumah kaca dapat juga dijelaskan sebagai suatu proses saat terdapat radiasi dari sinar Matahari yang mengenai dari atmosfer Bumi. Radiasi energi panas yang kemudian dipantulkan oleh Bumi terhalang, yang kemudian menjadikan adanya panas tertahan di Bumi. Ketika panas tertahan di Bumi, maka suhu ataupun temperatur yang ada pada Bumi menjadi tinggi. Dan kemudian, gas yang ada di rumah kaca meloloskan cahaya Matahari untuk masuk menuju dalam Bumi, namun gas rumah kaca tersebut tidak bisa memantul lagi, naik ke permukaan Bumi.

Efek rumah kaca disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas tertentu di atmosfer, seperti metana (CH4), nitrogen oksida (N2O), dan karbon dioksida (CO2). Ketiga gas tersebut merupakan gas rumah kaca, karena ketiganya dapat menyerap panas yang dihasilkan oleh radiasi matahari yang selanjutnya dipantulkan oleh permukaan bumi, lalu kemudian bumi menyimpannya di atmosfer, menjadikan suhu global meningkat.

Penyebab utama dari konsentrasi gas rumah kaca meningkat adalah dari aktivitas manusia, khususnya karena penggunaan dari bahan bakar fosil seperti minyak, batu bara, dan gas alam, seperti pada kebutuhan pembangkit listrik, transportasi, maupun industri. Penebangan hutan, serta perubahan penggunaan lahan bisa juga menjadikan terjadinya pelepasan beragam gas dari rumah kaca menuju atmosfer.

Efek rumah kaca dapat menjadikan dampak serius pada lingkungan, serta pada manusia, seperti menjadikan meningkatkan suhu global, banjir, kekeringan, peningkatan level laut, dan perubahan ekosistem. Maka, sangat penting untuk mengurangi emisi dari gas rumah kaca, serta mengambil tindakan untuk dapat mengurangi dampak perubahan iklim yang sudah terjadi, dan mungkin yang akan datang nantinya.

Upaya mengurangi penyebab rusaknya lapisan ozon dan/atau yang memiliki efek pada rumah kaca, sehingga banyak jenis refigeran dilarang untuk digunakan di beberapa negara, serta sedang dicari alternatif yang lebih ramah bagi lingkungan, dan selanjutnya dipergunakanlah refigeran jenis hidrokarbon. 

Sedangkan, refigeran hidrokarbon merupakan jenis refrigeran yang tersusun dari senyawa hidrokarbon yang digunakan pada sistem pendingin untuk dapat mendinginkan udara maupun benda. Refrigeran hidrokarbon seringnya dibuat dari senyawa alifatik, serta memiliki rumus kimia CHx, yaitu x merupakan jumlah atom hidrogen pada molekul. Contoh dari refrigeran hidrokarbon yang umum dipergunakan adalah propana R-290, dan isobutana R-600a.

Refrigeran hidrokarbon bukan merupakan penemuan spesifik, melainkan lebih pada pengembangan dari zat hidrokarbon yang ada sebelumnya. Hidrokarbon sendiri merupakan senyawa organic, terdiri dari atom karbon, serta atom hidrogen, dan juga memiliki beragam bentuk, seperti minyak bumi, dan gas alam.

Penggunaan hidrokarbon pada sistem pendingin dimulai sejak awal dari abad ke-19, ketika etilena dan juga amonia dipergunakan sebagai refrigeran pada sistem pendingin. Namun, penggunaan ammonia serta etilena dihentikan karena bersifat beracun, serta berbahaya untuk kesehatan manusia.

Pada tahun 1920-an, propana dan juga butana, yang termasuk ke dalam golongan hidrokarbon, ditemukan dan selanjutnya dipergunakan sebagai refrigeran alternatif. Penggunaan propana dan juga butana pada refrigeran sangat populer di tahun 1930-an, tetapi digantikan oleh refrigeran jenis sintetis seperti R-12 dan R-22.

Namun, pada beberapa tahun terakhir, refrigeran hidrokarbon kembali menjadi perhatian karena lebih ramah lingkungan dan lebih efisien. Beberapa jenis hidrokarbon yang dipergunakan sebagai refrigeran hidrokarbon seperti isobutana (R-600a), propena (R-1270), dan propana (R-290). Penggunaan refrigeran hidrokarbon terus berkembang menjadi alternatif yang lebih ramah lingkungan dibanding refrigeran sintetis dengan teknologi lama, serta berbahaya untuk lingkungan.

Refrigeran hidrokarbon dianggap alternatif yang ramah lingkungan dibandingkan refrigeran klorofluorokarbon (CFC) maupun hidrofluorokarbon (HFC), karena hidrokarbon tidak mengandung klorin ataupun fluorin, yang bisa saja merusak lapisan ozon atau memberikan efek rumah kaca. Selain itu, refrigeran hidrokarbon memiliki efisiensi sangat baik, dan biaya yang cenderung murah. Namun, karena refrigeran hidrokarbon begitu mudah terbakar, penggunaan, serta penanganannya harus dilakukan dengan hati-hati, dan mengacu pada peraturan keselamatan yang ketat.

Refrigeran hidrokarbon memiliki beragam kelebihan bila dibandingkan dengan refrigeran lainnya, seperti:

  1. Lebih ramah lingkungan yaitu pada refrigeran hidrokarbon tidak terkandung klorin ataupun fluorin, sehingga tidak menyumbang penipisan lapisan ozon ataupun efek rumah kaca.

  2. Efisiensi yang baik yaitu refrigeran hidrokarbon dapat memberikan efisiensi pada pendinginan yang sama ataupun bahkan lebih baik dibanding refrigeran lainnya, seperti pada HFC.

  3. Biaya yang lebih murah yaitu refrigeran hidrokarbon lebih murah daripada refrigeran lainnya, seperti HCFC atau HFC.

  4. Tidak merusak lingkungan yaitu refrigeran hidrokarbon mudah terurai, bersifat alami, serta tidak menimbulkan residu kimia yang berbahaya.

  5. Aman untuk kesehatan yaitu refrigeran hidrokarbon tidak berbahaya, bagi kesehatan manusia, serta tidak beracun jika terhirup.

Meskipun refrigeran hidrokarbon memiliki beragam kelebihan, namun terdapat ada beberapa kekurangan yang harus diperhatikan, seperti:

  1. Mudah terbakar yaitu refrigeran hidrokarbon mudah terbakar, dan dapat meledak bila terkena api / panas yang berlebihan. Maka, penggunaan refrigeran hidrokarbon harus dilakukan dengan hati-hati, dan sesuai peraturan keselamatan yang ketat.

  2. Toksik yaitu beberapa jenis refrigeran hidrokarbon dapat beracun jika terhirup dalam jumlah besar, dan untuk jangka waktu lama. Maka, penanganan refrigeran hidrokarbon harus dilakukan dengan hati-hati, serta sesuai peraturan keselamatan yang ketat.

  3. Efek rumah kaca yaitu meskipun refrigeran hidrokarbon tidak mengandung klorin ataupun fluorin, namun beberapa jenis refrigeran hidrokarbon memiliki potensi untuk menjadi gas rumah kaca bila bocor ke lingkungan.

  4. Keterbatasan suhu rendah yaitu beberapa jenis refrigeran hidrokarbon memiliki keterbatasan pada penggunaan di suhu rendah, seperti pendinginan suhu beku, karena memiliki tekanan uap rendah yaitu pada suhu rendah.

  5. Perubahan sistem yaitu penggunaan refrigeran hidrokarbon pada sistem pendingin bisa membutuhkan perubahan desain sistem pendingin, karena refrigeran hidrokarbon memiliki sifat yang berbeda dari refrigeran lainnya, seperti HCFC maupun HFC.

Demikian informasi mengenai Breezon. Semoga dapat menambah informasi mengenai Breezon, seputar Breezon seperti produk sebelumnya yaitu Musicool, refigeran, dan lain-lain yang berkaitan dengan Breezon. Semoga artikel mengenai Breezon bermanfaat serta mudah untuk dapat dipahami oleh pembaca.


kuti Sosial Media Kami One Solution Pertamina

Linkedin   Pertamina 1 Solution

Instagram : Pertamina1solution

Facebook  Pertamina1solution