Cara membuat Bio Solar

Kamis, 13 April 2023
Cara membuat Bio Solar

Cara membuat Bio Solar adalah merupakan bahan bakar yang terbuat dari campuran bahan bakar untuk mesin jenis diesel dengan beragam bahan baku dari bahan alami seperti minyak kelapa sawit, minyak jarak, atau minyak biji kapuk. Beragam campuran bahan nabati tersebut digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar atau diesel biasa pada mesin diesel. Biosolar dianggap lebih ramah lingkungan dan berpotensi lebih hemat karena bahan bakunya berasal dari sumber-sumber yang terbarukan dan dapat diperbaharui.

Biosolar adalah salah satu dari berbagai jenis bahan bakar alternatif yang dianggap lebih ramah lingkungan, karena bahan bakunya berasal dari beragam sumber yang dapat diperbaharui. Selain itu, biosolar juga dianggap memiliki potensi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memberikan dampak lingkungan yang lebih positif jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil.

Biosolar diciptakan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil seperti solar atau diesel, yang terbatas jumlahnya dan dapat menyebabkan dampak lingkungan yang negatif seperti polusi udara dan perubahan iklim. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak negara dan organisasi internasional telah berusaha untuk mempromosikan penggunaan bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah pada lingkungan, Biosolar juga merupakan alternatif yang lebih ramah pada lingkungan karena memiliki kandungan sulfur pada Biosolar yang sangat rendah, karena bahan bakunya berasal dari sumber-sumber nabati yang memiliki kandungan sulfur yang jauh lebih rendah daripada bahan bakar fosil seperti solar atau diesel. Kandungan sulfur pada biosolar biasanya kurang dari 50 ppm (part per million), sementara kandungan sulfur pada solar atau diesel bisa mencapai 500 ppm atau bahkan lebih tinggi.

Kandungan sulfur yang rendah pada biosolar memiliki manfaat lingkungan yang signifikan, karena emisi sulfur dioksida (SO2) yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil merupakan salah satu penyebab utama pencemaran udara dan hujan asam. Dengan penggunaan biosolar yang mengandung sedikit sulfur, dapat membantu mengurangi dampak negatif pembakaran bahan bakar terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

Di Indonesia, penggunaan belerang dibatasi oleh undang-undang dan peraturan pemerintah terkait lingkungan dan kesehatan. Beberapa larangan terkait belerang di Indonesia adalah:

1. Larangan impor belerang bekas:
Pada tahun 2017, pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan pelarangan impor belerang bekas atau bekas pakai.

  1. Larangan membakar belerang:
    Pemerintah Indonesia juga telah melarang pembakaran belerang dalam jumlah besar untuk menghindari polusi udara. 3. Larangan penggunaan belerang dalam makanan: Beberapa negara telah melarang penggunaan belerang dalam makanan karena alasan kesehatan. Di Indonesia, penggunaan dari belerang atau sulfur pada makanan juga telah dibatasi dan telah diatur oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

  2. Larangan pembuangan limbah belerang di lingkungan:
    Pengolahan dan pembakaran belerang dapat menghasilkan limbah yang mengandung belerang dioksida, yang dapat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia juga melarang pembuangan limbah belerang ke lingkungan tanpa pengolahan terlebih dahulu.

Beragam larangan tersebut diberlakukan untuk dapat memastikan bahwa penggunaan sulfur di Indonesia tidak akan menimbulkan dampak yang tidak baik bagi lingkungan dan khususnya pada kesehatan manusia. Oleh karena itu, Indonesia melalui PT Pertamina (Persero) melakukan beragam cara untuk dapat mengurangi dampak negatif pada lingkungan, salah satunya dengan memproduksi Biosolar.

Baca Yang Lainnya : Refrigerant

Sejarah penggunaan biosolar di Indonesia bermula pada tahun 2008 ketika pemerintah Indonesia meluncurkan program pengembangan biodiesel sebagai salah satu alternatif energi yang ramah lingkungan.

Pada awalnya, biosolar hanya digunakan sebagai bahan bakar untuk kendaraan di sektor angkutan darat seperti truk dan bus. Namun seiring berjalannya waktu, penggunaan biosolar mulai meluas ke sektor perikanan dan pertanian sebagai penggerak mesin-mesin pertanian dan kapal-kapal nelayan.

Pada tahun 2012, pemerintah Indonesia meluncurkan program B30 (30% biosolar dan 70% solar) sebagai salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Program ini kemudian ditingkatkan menjadi B40 pada tahun 2020, yang berarti campuran biosolar lebih tinggi yakni 40%. Program ini diharapkan dapat mempercepat pengurangan emisi gas rumah kaca dan juga meningkatkan kemandirian energi nasional.

Untuk produk dari Biosolar itu sendiri, terdapat beberapa produk di Indonesia, yaitu seperti: 1. Biodiesel ataupun Biosolar B20

Pemerintah pusat mengharuskan pencampuran dari bahan nabati dan juga solar dengan komposisi sebesar 20 persen bahan nabati dan 80 persen bahan bakar solar. Program tersebut telah berlaku sejak Januari 2015 mengacu pada Peraturan Menteri ESDM No. 12 Tahun 2015.

2. Biodiesel ataupun Biosolar B30

Tercipta dari campuran 30 persen bahan biodiesel atau dari bahan nabati (tumbuhan) dan juga 70 persen dari bahan bakar minyak jenis solar. Jenis produk Biosolar B30 telah

berlaku di Indonesia sejak Januari tahun 2020 mengacu pada Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM) No. 12 Th. 2015.

Perubahan tersebut telah mempengaruhi dari Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Nomor 32 Th. 2008, yang kemudian mengacu pada Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Nomor 32 Th. 2008. Akuisisi dari penggunaan dan juga pengelolaan komersial dari bahan bakar nabati (tumbuhan) atau biofuel sebagai bagian dari bahan bakar alternatif lain.

  1. Biodiesel ataupun Biosolar B40

    Biodiesel dengan jenis B40 merupakan peningkatan dari program Biosolar dengan jenis B30 yang terdiri dari bahan campuran biodiesel sebesar 40 persen. Hal tersebut sebagai respon atas keputusan atau arahan dari Presiden Indonesia Joko Widodo bahwa penggunaan dari bahan bakar biodiesel kemudian dapat dilanjutkan hingga nantinya menjadi B100. Hasil penelitian dari B40 kemudian diharapkan sudah tersedia pada akhir tahun 2022.

  2. Biodiesel ataupun Biosolar B50

    Biosolar B50 terdiri dari campuran minyak nabati (tumbuhan) dan bahan bakar minyak jenis solar yang komposisinya terdiri dari 50 persen nabati (tumbuhan) dan juga 50 persen bahan bakar minyak jenis solar. Program tersebut terbuka untuk Energi Terbarukan Berkelanjutan atau EBT dimulai sejak tahun 2021.

  3. Biodiesel ataupun Biosolar B100

    Biodiesel jenis B100 mengacu pada nilai biodiesel, yaitu jenis biofuel yang dapat dipergunakan pada jenis mesin atau pada mesin diesel. Produk yang dihasilkan bisa berupa Fatty Acid Methyl Ester atau FAME yang diproduksi dari minyak nabati ataupun lemak hewani melalui suatu proses esterifikasi.

Mengenai RON (Research Octane Number) adalah salah satu indikator kualitas bahan bakar yang menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk tidak terbakar secara spontan (knocking) saat terkena kompresi tinggi pada mesin pembakaran dalam. Semakin tinggi nilai RON, semakin baik pula kualitas bahan bakar tersebut.

Untuk biosolar yang diproduksi di Indonesia, nilai RON bervariasi tergantung pada komposisi campuran minyak kelapa sawit atau minyak jarak dengan solar. Namun, secara umum, nilai RON biosolar di Indonesia berkisar antara 47-53, yang masih lebih rendah dibandingkan dengan nilai RON bahan bakar bensin biasa yang umumnya berkisar antara 90-100.

Meskipun nilai RON biosolar masih lebih rendah, penggunaannya di sektor transportasi dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan juga ketergantungan pada bahan bakar fosil. Selain itu, pemerintah Indonesia terus melakukan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas biosolar, termasuk peningkatan nilai RON, agar dapat menjadi alternatif yang lebih baik untuk bahan bakar fosil.

Mengacu pada pengertian biodiesel sebelumnya, yang menjelaskan bahwa biodiesel dibuat dari berbagai tanaman atau bahan tumbuhan. Bahan tanaman yang cocok terutama buah-buahan atau bibit tanaman. Di bawah ini adalah daftar aneka buah atau bibit tanaman yang kemudian bisa diolah menjadi biodiesel antara lain:

  1. Biji dari kapuk atau bibit dari pohon kapuk,

  2. Beragam jenis kacang,

  3. Nyamplung,

  4. Kemiri,

  5. Biji dari tanaman jarak pagar.

Berbagai jenis tanaman tersebut merupakan contoh tanaman yang mudah tumbuh dan juga ramah lingkungan. Oleh karena itu, karena ketersediaannya, biodiesel dimasukkan dalam kategori energi alternatif terbarukan untuk menggantikan penggunaan solar. Selain tumbuhan atau tanaman yang tercantum di atas, saat ini minyak kelapa sawit sedang menjadi perbincangan hangat untuk pemanfaatannya sebagai energi alternatif pengganti minyak tanah ataupun avtur.

Jika dilihat dari efek penggunaan Biosolar B30 pada mesin yang berbeda mungkin tidak terlalu berpengaruh, namun jika dilihat secara umum banyak sekali manfaat penggunaan Biosolar, seperti:

  1. Dapat mengurangi kebutuhan bahan baku minyak
    Karena biosolar hanya menggunakan bebrapa persen bahan bakar solar, penghematannya sangat signifikan minimal sebesar 30 persen. Di mana, bahan baku dari minyak yang diproduksi oleh Pertamina masih diimpor.
    Bisa juga dikatakan penurunan permintaan minyak dapat menurunkan nilai impor Indonesia.

  2. CPO adalah termasuk ke dalam energi terbarukan, yaitu berasal dari nabati
    CPO yang berasal dari tanaman seperti buah kelapa sawit, maka CPO merupakan sumber energi terbarukan, sehingga tidak perlu dikhawatirkan akan kehabisan cadangan minyak dalam jangka panjang.

  3. Manfaat dari petani kelapa sawit kecil
    Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, serta pasar CPO sebagian besar terdiri dari hasil ekspor, tetapi karena didiskriminasikan oleh Uni Eropa, maka beberapa pihak mengkhawatirkan banyaknya CPO di Indonesia.
    Namun, dengan adanya program B30 di tahun 2020 dan rencana pengenalan B100 atau 100% minyak sawit, tentu menjadi kabar gembira bagi petani kecil. Pasalnya, permintaan CPO lokal akan meningkat di masa mendatang.

Karena peraturan pemerintah tentang produksi dan penggunaan biodiesel atau biosolar, manfaat utamanya adalah untuk meningkatkan fleksibilitas dan kemandirian sumber energi Indonesia sekaligus meningkatkan nilai eceran industri kelapa sawit.

Baca Yang Lainnya : Breezon

Selain itu, Biodiesel dihasilkan dari bahan nabati atau tumbuhan dengan gas buang yang relatif bersih sehingga mengurangi emisi karbon. Selain itu, sebagai bahan pembersih, unsur FAME dapat membersihkan kendaraan lebih baik dibandingkan bahan bakar minyak.

Kemudian mengenai cara membuat Bio Solar, untuk proses pembuatannya dilakukan dengan melalui beberapa cara yaitu sebagai berikut:

1. Blending dan juga Direct use

Mesin jenis diesel yang menggunakan minyak nabati langsung, maka sangatlah tidak baik dan kemudian juga dapat menimbulkan masalah, hal tersebut menjadikan bisa saja menyebabkan suatu kegagalan pada bawaan. Meskipun minyak nabati itu sendiri memiliki sifat yang memang mirip dengan jenis bahan bakar Biosolar, akan tetapi masih diperlukan beberapa proses perubahan secara kimiawi sebelum kemudian akhirnya dapat untuk dipergunakan.

Sebagian mesin pada jenis diesel dapat menggunakan bahan bakar minyak nabati jenis murni secara langsung, namun tetapi untuk mesin jenis injeksi langsung seperti pada turbocharged, seperti yang ada pada truk, di sana tidak bisa untuk dipergunakan secara langsung. Selain itu juga, untuk dapat mempergunakan energi pada mesin yang menggunakan minyak nabati dengan kandungan murni juga sangat mirip dengan penggunaan energi bila menggunakan produk Biosolar.

2. Micro-emulsion

Pada proses micro-emulsion, memiliki definisi sebagai suatu proses dispersi daripada keseimbangan koloid yang ada di mikrostruktur zat cairan isotropik optik dengan dimensi utamanya dengan rentang jarak 1 hingga 150 nm yang kemudian terbentuk secara spontan akibat dari cairan yang normalnya tidak dapat bercampur serta kemudian juga satu ataupun lebih dari jenis non ionik ataupun ionik.

Komponen Biodiesel yang selanjutnya kemudian diolah melalui suatu proses micro-emulsion termasuk yang terjadi pada minyak nabati, alkohol, bahan bakar diesel, serta juga surfaktan dan juga penambah dari setana dengan kandungan proporsi yang sesuai.

Pada proses micro-emulsion, yaitu dapat membantu dalam hal mengurangi viskositas, serta juga di sisi lain dapat untuk meningkatkan daripada angka setana Biodiesel. Meski begitu, penggunaan bahan bakar diesel yang dihasilkan dari proses micro-emulsion secara terus-menerus nantinya akan dapat menyebabkan masalah, yaitu seperti terjadi pada jarum injektor yang menempel, kemudian juga pada pembentukan endapan karbon, dan juga tidak ketinggalan yaitu terjadinya pembakaran yang tidak sempurna.

3. Thermal cracking atau pirolisis

Thermal cracking atau disebut juga dengan pirolisis diidentifikasikan sebagai suatu proses kengkonversi dari satu zat menjadi bentuk lainnya dengan menggunakan bantuan dari energi panas atau pemanasan dengan melalui bantuan dari katalisator.

Proses pirolisis melibatkan suatu proses pemanasan yang terjadi di dalam kondisi anaerob yaitu tidak adanya oksigen serta juga pemutusan ikatan kimia untuk akhirnya dapat menghasilkan molekul yang lebih kecil nantinya.

Proses kimia pirolitik akan tidak mudah untuk dilakukan pada proses karakterisasi, hal tersebut dikarenakan jalur dari reaksi yang bervariasi, dan kemudian juga produk reaksi yang bervariasi yang mungkin juga berasal dari adanya reaksi yang terjadi. Yaitu ragam bahan yang bisa dipirolisis bisa saja berupa asam lemak alami, lemak hewani, minyak nabati, dan tak ketinggalan juga asam lemak metil ester ataupun disebut juga sebagai FAME.

Untuk dapat memproduksi Biosolar, cara yang paling umum adalah dengan melalui transesterifikasi. Transesterifikasi itu sendiri adalah merupakan reaksi kimiawi dari katalis yang melibatkan bantuan minyak nabati (tumbuhan) dan kemudian juga dari alkohol untuk nantinya dapat meciptakan asam lemak alkil ester yaitu busa berupa Biodiesel serta juga gliserol. Reaksi transesterifikasi membutuhkan bantuan suatu zat basa dengan tingkat kekuatan sebagai katalis, seperti pada zat natrium dan kemudian juga kalium hidroksida ataupun pada natrium metilasi dan juga maupun proses transesterifikasi dengan bantuan dari basis asam sulfat.

Demikian informasi mengenai cara membuat Bio Solar. Semoga dapat menambah informasi mengenai apa itu Biosolar, contoh dari Biosolar, manfaat menggunakan Biosolar, dan kemudian mengenai cara membuat Bio Solar itu sendiri, serta beragam informasi menarik lainnya seputar cara membuat Bio Solar. Semoga artikel ini berdampak positif, serta mudah untuk dapat dipahami. 


kuti Sosial Media Kami One Solution Pertamina

Linkedin   Pertamina 1 Solution

Instagram : Pertamina1solution

Facebook  Pertamina1solution