Pengertian Bioremediasi adalah

Kamis, 27 April 2023
Pengertian Bioremediasi adalah

Bioremediasi adalah suatu proses penggunaan beragam jenis organisme hidup, seperti bakteri, jamur, dan tanaman, yang dipergunakan untuk dapat membersihkan atau mengurangi pencemaran dalam lingkungan. Organisme hidup yang dipergunakan ini digunakan untuk dapat menguraikan atau mendekomposisi beragam jenis senyawa kimia berbahaya yang terdapat di beragam tempat seperti di dalam air, tanah, atau udara, sehingga dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan juga aman bagi manusia dan makhluk hidup lain di sekitarnya.

Adapun sejarah dari bioremediasi dapat ditelusuri kembali yaitu ke zaman kuno ketika banyak orang menggunakannya untuk membersihkan limbah pertanian dan mengolah tanah. Namun, penggunaan bioremediasi yang bersifat modern dimulai pada awal 1900-an ketika peneliti telah menemukan bahwa bakteri dapat menguraikan beragam senyawa organik dan logam berat dalam lingkungan.

Di mana pada tahun 1940-an, peneliti menggunakan bakteri untuk membersihkan air limbah yang ada di tanah liat dan pada tahun 1960-an, mikroba mulai diidentifikasi untuk penggunaan bioremediasi untuk membersihkan minyak mentah.

Kemudian pada tahun 1972, Kongres Amerika Serikat (AS) mengeluarkan Undang-Undang Air Bersih (Clean Water Act) yang mengharuskan dari penggunaan teknologi bioremediasi untuk membersihkan air limbah.

Selanjutnya, pada 1980-an, bioremediasi menjadi lebih populer setelah terjadi kecelakaan kapal tanker Exxon Valdez di Alaska dan juga bencana nuklir Chernobyl di Ukraina. Sejak itu, bioremediasi kemudian telah digunakan secara luas di berbagai penjuru dunia untuk membersihkan berbagai jenis pencemaran, seperti termasuk beragam limbah industri, limbah petrokimia, dan juga limbah nuklir.

Baca Artikel Lainnya : Biodiesel

Selama beberapa dekade terakhir, penelitian dan juga pengembangan dari bioremediasi terus berlanjut, dan teknologi bioremediasi yang lebih baru dan lebih efektif terus dikembangkan. Seperti saat ini, bioremediasi adalah salah satu metode yang paling umum digunakan di seluruh dunia untuk membersihkan lingkungan yang terkontaminasi, dan diharapkan bioremediasi akan terus berkembang dan menjadi lebih efektif di masa depan.

Sejak pertama kali ditemukan, bioremediasi telah mengalami banyak sekali perkembangan dalam hal pengembangan teknologi dan juga aplikasinya. Berikut ini adalah beberapa perkembangan penting dalam bidang bioremediasi:

  1. Pengembangan Mikroorganisme: Mikroorganisme yang digunakan dalam hal bioremediasi terus berkembang. Di mana pada awalnya, hanya terdapat beberapa jenis mikroba yang digunakan dalam bioremediasi. Namun untuk saat ini, sudah terdapat ribuan jenis bakteri, fungi, dan alga telah diidentifikasi dan telah dikembangkan di seluruh dunia untuk tujuan bioremediasi.

  2. Teknologi Genetika: Teknologi genetika telah memberikan dampak yang sangat besar dalam bioremediasi. Teknologi rekayasa genetika telah digunakan di banyak negara untuk dapat menghasilkan mikroorganisme yang lebih efektif dalam upaya menguraikan senyawa kimia berbahaya.

  3. Teknik In Situ: Teknik in situ telah digunakan untuk menghilangkan beragam bahan pencemar atau berbahaya, tanpa harus mengeluarkan tanah atau air dari lokasi kontaminasi. Hal ini mencakup penggunaan dari inyeksi mikroba ke dalam tanah atau air, serta penggunaan sistem pompa yang memompa udara ke dalam tanah untuk dapat mengaktifkan mikroba yang sudah tersedia sebelumnya.

  4. Teknologi Remote Sensing: Teknologi remote sensing telah digunakan untuk dapat mendeteksi kontaminasi tanah dan air di berbagai lokasi yang sulit dijangkau. Hal tersebut dapat membantu peneliti untuk menemukan kontaminasi yang belum terdeteksi dan juga mempercepat dalam proses bioremediasi.

  5. Pemanfaatan Tanaman: Tanaman juga telah digunakan dalam bioremediasi. Tanaman yang disebut sebagai fitoremediasi dapat menyerap logam berat dan senyawa organik dalam tanah, air, dan udara.

  6. Pemanfaatan Sumber Daya Terbarukan: Pemanfaatan sumber daya terbarukan yaitu seperti limbah pertanian dan industri telah digunakan dalam bioremediasi. Sebagai contoh yaitu menggunakan cangkang kerang sebagai bagian dari media bioremediasi pada lahan tambang.

Beragam perkembangan tersebut menunjukkan bahwa bioremediasi terus berkembang setiap waktunya dan diharapkan dapat membantu mengurangi dampak dari pencemaran lingkungan secara lebih efektif dan juga efisien.

Contoh dari bioremediasi tersebut meliputi penggunaan bakteri untuk dapat menguraikan minyak mentah yang tumpah di laut atau tanah, menggunakan tanaman untuk dapat menyerap beragam jenis logam berat dari tanah, atau juga menggunakan jamur untuk dapat menguraikan beragam jenis bahan kimia berbahaya di lingkungan. Bioremediasi adalah cara yang lebih ramah lingkungan dan efektif dalam mengurangi dampak pencemaran daripada menggunakan bahan kimia atau teknologi lainnya.

Selain itu, terdapat beberapa contoh lainnya dari bioremediasi di antaranya seperti:

1. Bioremediasi minyak mentah: Beberapa jenis bakteri tertentu seperti Pseudomonas dan Bacillus digunakan untuk menguraikan minyak mentah yang tumpah di laut atau di tanah.

Bakteri Pseudomonas dan Bacillus memecah minyak mentah menjadi senyawa yang

lebih sederhana dan lebih ramah terhadap lingkungan.

  1. Bioremediasi limbah petrokimia: Bakteri dan fungi juga digunakan untuk menguraikan

    limbah petrokimia yaitu seperti pada bahan bakar diesel dan minyak bakar. Bakteri dan fungi dapat mengubah beragam jenis senyawa kimia berbahaya seperti hidrokarbon aromatik polisiklik (PAHs) menjadi senyawa yang tidak berbahaya.

  2. Bioremediasi logam berat: Yaitu tanaman seperti rumput dapat digunakan untuk mengurangi beragam jenis kandungan logam berat dalam tanah. Tanaman seperti rumput menyerap logam berat dari tanah dan mengumpulkannya dalam jaringan mereka. Selanjutnya, tanaman seperti rumput dapat dihilangkan dari lokasi kontaminasi dan diolah secara terpisah.

  3. Bioremediasi limbah nuklir: Bakteri seperti Deinococcus radiodurans digunakan untuk membersihkan limbah nuklir. Bakteri seperti Deinococcus radiodurans mampu bertahan dalam kondisi radiasi yang ekstrem dan dapat menguraikan beberapa senyawa radioaktif menjadi bentuk yang lebih stabil dan juga tidak berbahaya.

  4. Bioremediasi air limbah: Bakteri dan fungi digunakan untuk membersihkan air limbah dari senyawa kimia berbahaya seperti pestisida dan logam berat. Mikroorganisme tersebut memecah senyawa kimia berbahaya menjadi senyawa yang lebih sederhana dan tidak berbahaya.

Dari beberapa contoh tersebut menunjukkan bahwa bioremediasi adalah cara yang sangat efektif dan juga ramah lingkungan untuk dapat membersihkan lingkungan dari berbagai macam jenis pencemaran.

Adapun organisme hidup yang sering digunakan dalam bioremediasi adalah mikroorganisme antara lain seperti bakteri, fungi, dan alga. Dan penjelasan lainnya mengenai beberapa dari contoh mikroorganisme yang sering digunakan dalam bioremediasi adalah antara lain adalah sebagai berikut:

  1. Bakteri: Bakteri memiliki kemampuan untuk dapat mendegradasi beberapa jenis senyawa kimia tertentu yaitu seperti hidrokarbon, pestisida, dan bahan kimia lainnya. Contoh dari bakteri yang sering dipergunakan pada bioremediasi adalah Pseudomonas, Bacillus, dan Rhodococcus.

  2. Fungi: Fungi memiliki kemampuan untuk menguraikan senyawa organik seperti lignin, selulosa, dan karbohidrat. Contoh dari fungi yang sering dipergunakan pada bioremediasi adalah Aspergillus, Trichoderma, dan Phanerochaete chrysosporium.

  3. Alga: Alga memiliki kemampuan untuk memperbaiki kualitas air dengan menyerap nutrisi dan menghilangkan senyawa kimia tertentu. Contoh alga tersebut adalah Chlorella, Dunaliella, dan Spirulina.

Selain itu, ada juga organisme hidup lainnya yang juga dapat digunakan dalam bioremediasi, seperti cacing tanah, ganggang, dan tanaman. Pemilihan organisme hidup yang tepat akan sangat mempengaruhi keberhasilan bioremediasi. Oleh karena itu, sebelum melakukan bioremediasi, perlu dilakukan penelitian dan evaluasi yang teliti untuk menentukan organisme hidup yang paling sesuai untuk mengatasi pencemaran yang terjadi.

Baca Artikel Lainnya : Pengertian Viskositas

Di Indonesia, bioremediasi telah mulai diterapkan dalam beberapa kasus pencemaran lingkungan, terutama terkait dengan limbah industri dan pertanian. Beberapa contoh dari aplikasi bioremediasi di Indonesia antara lain:

  1. Bioremediasi limbah cair industri tekstil di Bekasi: Pada tahun 2012, bioremediasi digunakan untuk membersihkan limbah cair dari industri tekstil di Bekasi. Dalam proyek tersebut, sistem tanaman emergen (tanaman yang tumbuh di atas permukaan air) digunakan untuk mengurangi kandungan zat warna dalam limbah cair.

  2. Bioremediasi limbah cair kelapa sawit di Kalimantan: Di Kalimantan, bioremediasi telah digunakan untuk membersihkan limbah cair dari industri kelapa sawit. Bakteri yang menghasilkan enzim pengurai limbah organik digunakan untuk menguraikan sisa tanaman dan limbah lainnya dalam limbah cair.

  3. Bioremediasi lumpur lumpur minyak di Balikpapan: Pada tahun 2018, bioremediasi digunakan untuk membersihkan lumpur minyak yang bocor di Balikpapan. Dalam proyek tersebut, bakteri yang dapat menguraikan minyak digunakan untuk memecah kandungan minyak yang terdapat dalam lumpur.

  4. Bioremediasi tanah tambang emas di Sulawesi: Di Sulawesi, bioremediasi telah digunakan untuk membersihkan tanah tambang emas yang terkontaminasi oleh merkuri. Bakteri dan fungi digunakan untuk menguraikan senyawa merkuri menjadi bentuk yang lebih stabil dan tidak berbahaya.

  5. Bioremediasi Limbah Pertanian di Jawa Timur: Sebuah proyek bioremediasi yang dikembangkan oleh Balai Penelitian Tanah di Jawa Timur bertujuan untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah pertanian. Dalam proyek tersebut, sistem biofertilizer dan mikroorganisme pengurai limbah digunakan untuk menguraikan limbah pertanian dan menghasilkan pupuk organik.

  6. Bioremediasi Lumpur Lapindo di Sidoarjo: Pada tahun 2006, terjadi letusan lumpur panas di Sidoarjo yang menyebabkan terbentuknya lumpur lapindo yang terus mengalir hingga saat ini. PT. Lapindo Brantas telah melakukan upaya bioremediasi untuk membersihkan lumpur tersebut dengan menggunakan mikroorganisme pengurai limbah organik.

Perkembangan bioremediasi di Indonesia menunjukkan bahwa teknologi ini semakin diterapkan dalam upaya membersihkan lingkungan dari pencemaran, terutama di daerah yang terkena dampak industri dan pertanian. Namun, masih diperlukan lebih banyak upaya dan dukungan untuk memperluas aplikasi bioremediasi di Indonesia.

Sebagai perusahaan minyak dan gas terbesar di Indonesia, Pertamina telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi dampak lingkungan dari kegiatan industri, termasuk melalui aplikasi bioremediasi. Beberapa contoh dari aplikasi bioremediasi oleh Pertamina antara lain:

1. Bioremediasi Lumpur Minyak di Balikpapan: Pada tahun 2018, terjadi tumpahan minyak di perairan Balikpapan yang menyebabkan terbentuknya lumpur minyak yang mencemari pantai dan laut. Pertamina bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk mengatasi lumpur minyak tersebut dengan menggunakan teknologi bioremediasi.

  1. Bioremediasi Air Limbah di Riau: Pertamina telah melakukan upaya bioremediasi untuk mengatasi masalah air limbah dari fasilitas produksi di Riau. Dalam proyek tersebut, sistem biopori digunakan untuk mengurangi kandungan BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) dalam air limbah, sehingga air limbah yang dihasilkan dapat dikelola dengan lebih efektif.

  2. Bioremediasi Tanah Bekas Kilang di Balikpapan: Setelah penutupan kilang minyak di Balikpapan, Pertamina melakukan upaya bioremediasi untuk membersihkan tanah bekas kilang yang terkontaminasi. Dalam proyek ini, Pertamina menggunakan sistem tanaman emergen untuk mengurangi kandungan minyak dalam tanah.

Upaya bioremediasi oleh Pertamina menunjukkan komitmen perusahaan untuk mengurangi dampak lingkungan dari kegiatan industri

Upaya bioremediasi tidak akan efektif jika tidak dilakukan secara hati-hati, teliti, dan terencana dengan baik. Beberapa hal yang dapat menyebabkan upaya bioremediasi tidak berhasil adalah sebagai berikut:

  1. Tidak mengidentifikasi jenis pencemar yang tepat: Identifikasi jenis pencemar yang tepat sangat penting agar dapat memilih metode bioremediasi yang paling efektif dan sesuai. Jika jenis pencemar tidak diidentifikasi dengan tepat, upaya bioremediasi tidak akan efektif.

  2. Tidak mengetahui kondisi lingkungan yang tercemar: Mengetahui kondisi lingkungan yang tercemar sangat penting agar dapat menentukan metode bioremediasi yang paling sesuai. Lingkungan yang tercemar dapat memiliki kondisi yang berbeda-beda, seperti kandungan nutrien yang berlebihan atau kurang, pH yang berbeda, atau suhu yang tinggi atau rendah. Jika kondisi lingkungan tidak dipertimbangkan dengan baik, upaya bioremediasi tidak akan efektif.

  3. Tidak memilih mikroorganisme yang tepat: Pemilihan mikroorganisme yang tepat sangat penting agar bioremediasi dapat berhasil. Mikroorganisme yang digunakan harus mampu menguraikan senyawa pencemar dengan baik, tahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem, dan tidak berbahaya bagi lingkungan dan manusia. Jika mikroorganisme yang dipilih tidak tepat, upaya bioremediasi tidak akan efektif.

  4. Tidak memperhitungkan faktor waktu: Bioremediasi dapat memakan waktu yang cukup lama tergantung pada kondisi lingkungan dan jenis pencemar yang terdapat. Jika tidak memperhitungkan faktor waktu dengan baik, upaya bioremediasi tidak akan efektif.

  5. Tidak melakukan pengawasan dan evaluasi: Pengawasan dan evaluasi yang baik sangat penting dalam upaya bioremediasi. Pengawasan dan evaluasi dapat membantu dalam menentukan apakah bioremediasi berhasil atau tidak, serta apakah perlu dilakukan tindakan lanjutan atau tidak. Jika tidak melakukan pengawasan dan evaluasi dengan baik, upaya bioremediasi tidak akan efektif.

Dalam menjalankan upaya bioremediasi, perlu dilakukan dengan hati-hati dan teliti serta melibatkan ahli di bidangnya untuk memastikan keberhasilan dari upaya tersebut.

Dalam era modern ini, industri dan aktivitas manusia telah menyebabkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan, salah satunya adalah pencemaran. Pencemaran dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu, diperlukan solusi yang efektif dan berkelanjutan dalam mengatasi masalah pencemaran ini.

Salah satu solusi yang saat ini sedang dikembangkan adalah bioremediasi, yaitu teknologi penggunaan mikroorganisme atau organisme hidup lainnya untuk menguraikan senyawa-senyawa pencemar dalam lingkungan. Metode ini dianggap sebagai salah satu metode yang efektif dan ramah lingkungan untuk membersihkan lingkungan yang tercemar.

Di Indonesia, beberapa proyek bioremediasi telah dilakukan oleh pihak-pihak terkait untuk mengatasi masalah lingkungan yang disebabkan oleh limbah industri, tumpahan minyak, limbah pertanian, dan sebagainya. Meskipun masih banyak tantangan yang harus dihadapi, bioremediasi dapat menjadi salah satu solusi yang efektif dan berkelanjutan dalam mengatasi masalah pencemaran lingkungan di Indonesia.

Namun, perlu diingat bahwa upaya bioremediasi harus dilakukan secara hati-hati dan teliti, serta harus disertai dengan pengawasan dan evaluasi yang baik agar tidak menimbulkan dampak negatif lainnya. Sebagai masyarakat yang peduli dengan lingkungan, kita juga harus berperan aktif dalam menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat.


Ikuti Sosial Media Kami One Solution Pertamina

Linkedin   Pertamina 1 Solution

Instagram : Pertamina1solution

Facebook  Pertamina1solution