Warna solar

Selasa, 25 April 2023
Warna solar

Warna solar adalah tidak memiliki warna, atau bisa juga memiliki warna kuning dan juga memiliki bau khasnya sendiri. Adapun Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar adalah salah satu jenis bahan bakar yang dibuat dengan melalui proses pengolahan fraksi minyak bumi, yang dihasilkan dengan cara memisahkan minyak dari fraksinya melalui proses distilasi, yang kemudian menghasilkan fraksi solar dengan titik didih 250 hingga 300 derajat Celcius.

Awal mula penggunaan bahan bakar solar dimulai pada abad ke-19, ketika minyak mentah pertama kali ditemukan dan diproses menjadi berbagai produk bahan bakar, termasuk Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar.

Pada awalnya, Solar digunakan terutama sebagai bahan bakar untuk lampu minyak. Kemudian, dengan ditemukannya mesin pembakaran dalam, solar mulai digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin diesel pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Seiring waktu, penggunaan solar semakin meluas dan menjadi salah satu jenis bahan bakar yang paling umum digunakan di seluruh dunia.

Selama bertahun-tahun, teknologi pemrosesan minyak mentah dan produksi solar terus berkembang. Pada saat ini, ada banyak jenis solar yang tersedia, termasuk solar ringan, sedang, dan berat, yang masing-masing memiliki kegunaan yang berbeda-beda. Selain itu, penggunaan solar juga menjadi kontroversial karena dampak lingkungan yang ditimbulkan dari proses ekstraksi, produksi, dan penggunaannya.

Contoh Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar adalah bisa berupa Solar industri. Solar biasa dikenal, serta juga merupakan bahan bakar yang mudah terbakar yang dipergunakan untuk dapat menjalankan mesin diesel dengan baik, serta bahan bakar pada mesin diesel tidak dinyalakan dari adanya percikan api, namun melainkan melalui udara dengan tekanan yang panas di dalam silinder yang dinyalakan, sehingga kemudian menjadikan terlepasnya bahan bakar di bawah tekanan menuju ke udara.

Kemudian, untuk karakteristik dari Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar, antara lain:

  1. Tidak memiliki warna, atau bisa juga memiliki warna kuning dan juga memiliki bau khasnya sendiri,

  2. Pada suhu normal, tidak dapat menguap,

  3. Kandungan belerang atau sulfur lebih tinggi dari Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis

    Bensin ataupun Coroxin,

  4. Titik nyala atau nilai titik aktual berada sekitar 40 derajat Celcius sampai dengan 100

    derajat Celcius,

  1. Dapat menyala dengan sendirinya ketika berada pada suhu 300 derajat Celcius,

  2. Dapat menghasilkan energi panas yang banyak, yakni sebesar 10.500 kcal/kg.

Selain itu juga terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menentukan kualitas dari Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar sendiri, yaitu:

  1. Mudah untuk dapat terbakar,

  2. Tidak mudah berganti wujud, seperti menjadi membeku ataupun juga memadat,

    meskipun berada dalam suhu dingin.

  3. Dapat menjalankan mesin jenis diesel dengan lancer, serta memiliki sifat atau

    kemampuan anti ketukan,

  4. Viskositasnya harus cukup untuk dapat disemprotkan dengan menggunakan beragam

    perangkat pada mesin,

  5. Tetap stabil, seperti tidak mengalami perubahan pada bentuk, struktur, maupun warna

    selama masa penyimpanan,

  6. Memiliki kandungan sulfur atau belerang yang sangat sedikit, yaitu semakin rendah

    kandungannya, maka semakin baik, sehingga akan berdampak baik pada mesin diesel, serta akan meminimalisir efek dari polusi yang dikeluarkan.

Di Indonesia, pada umumnya setidaknya Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar dapat dibedakan menjadi tiga (3) macam yang keseluruhannya diproduksi oleh PT Pertamina (Persero). Ketiga jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar tersebut di antaranya yaitu Solar yang dipergunakan pada mesin diesel dengan jenis putaran tinggi, pada mesin diesel dengan jenis mesin putaran sedang, dan yang digunakan pada mesin diesel dengan jenis putaran mesin rendah.

Adapun untuk penjelasan mengenai macam ataupun jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Bahan Bakar Minyak Laut (MFO / Marine Fuel Oil);
Marine Fuel Oil (MFO) adalah minyak solar kelas industri dengan residu hitam yang terbentuk pada proses distilasi dan memiliki viskositas lebih tinggi dari minyak solar, merupakan minyak solar kelas industri kecepatan rendah > 300 rpm yang biasanya digunakan sebagai bahan bakar pembakaran langsung pada bahan bakar dengan skala industri.
Dipergunakan sebagai bahan bakar pada pembangkit uap, dan juga digunakan pada industri yang memiliki skala ekonomi kecil, dan pada dasarnya adalah solar industri dengan proses pembakaran yang sangat cepat. Pembakaran yang sangat cepat itu, yaitu antara senyawa tertentu dan oksigen, menimbulkan proses pirolisis, yaitu penguraian termal molekul menjadi molekul yang lebih kecil, dan itu terjadi tanpa oksigen, dan ketika oksigen masuk itu menimbulkan nyala api.
Terdapat dua jenis produk dari Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar di Indonesia yang mengandung bahan bakar minyak laut atau MFO jenis ini yaitu MFO 180 dan MFO 380. Adapun MFO 180 adalah solar industri dengan viskositas maksimum 180 cSt dan kandungan sulfur yang tinggi, yaitu hingga 3,5% v/v dan banyak digunakan pada mesin pembakaran dalam seperti pada industri dan pembangkit listrik.

Lalu ada MFO 380, minyak diesel industri dengan viskositas maksimal 380 cSt dan kandungan sulfur maksimal 4% v/v. Spesifikasi kedua produk tersebut, baik MFO 180 maupun MFO 380, diatur melalui Peraturan Dirjen Migas No. 14496.K/14/DJM/2008. Viskositas tidak hanya diukur pada 50 derajat Celcius, yaitu di mana Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar MFO 180 memiliki viskositas maksimum 180 cSt dan Solar MFO 380 memiliki viskositas maksimum 380 cSt.

Sementara itu, tidak ada perbedaan mendasar, aplikasi kedua jenis Solar tersebut juga berbeda. Dalam aplikasi industri dan kelautan dengan sistem pemanas (tungku), MFO 380 membutuhkan suhu pemanasan yang lebih tinggi untuk meleleh daripada bahan bakar diesel industri MFO 180 agar sesuai dengan ketebalan yang disuntikkan untuk pembakaran. ke dalam chamber untuk pembakaran yang lebih optimal.

Minyak solar industri MFO 180 juga banyak digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel kecepatan rendah pada industri yang banyak menggunakan boiler atau tungku. Adapun sebaliknya, pada Industrial Diesel MFO 380 lebih umum digunakan pada mesin diesel putaran rendah > 300 rpm karena dapat digunakan pada mesin heavy marine propulsion atau mesin heavy diesel generator.

Baca Artikel Lainnya : Penegrtian Biodiesel

Selain kedua produk tersebut dari PT Pertamina (Persero), PT Pertamina (Persero) juga menawarkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar untuk mesin kecepatan rendah lainnya. yaitu PT Pertamina (Persero) juga memproduksi produk Low Sulphur Fuel Oil (LFSO).

Di mana Low Sulphur Fuel Oil (LFSO) merupakan bahan bakar mesin diesel yang telah memenuhi standar MARPOL (Marine Pollution) dengan kandungan sulfur maksimal sebesar 0.5%. K/E, sesuai dengan peraturan 14 Annex VI Konvensi, yang mewajibkan setiap kapal dagang untuk menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan kandungan sulfur kurang dari 0,5 n jika ingin tetap ingin mempergunakan bahan bakar minyak berat yaitu High Sulfur Fuel Oil atau HSFO dengan kandungan sulfur lebih dari 0.5%, maka setiap kapal harus dilengkapi dengan sistem pembersihan pembuangan akhir, serta juga scrubber yang dapat mengurangi pencemaran laut.

Sebagai anggota dari International Maritime Organization (IMO), Indonesia diharuskan mematuhi peraturan mengenai kandungan sulfur pada Solar. Dengan tujuan penentuan kandungan sulfur dari Solar adalah untuk mencegah pencemaran lingkungan khususnya di laut yang telah meluas.

Di mana penggunaan belerang atau sulfur pada emisi bahan bakar laut berefek pada kesehatan dan juga lingkungan, terlebih bagi penduduk yang tinggal dekat dengan pelabuhan dan pantai.
Oleh karena itu, PT Pertamina (Persero) menjalankan hal tersebut untuk dapat mengurangi polusi dari penggunaan solar industri di kapal. Yaitu, seperti melalui produk rendah sulfur berupa Low Sulfur Fuel Oil (LFSO). Apabila negara Indonesia tidak ikut serta dalam pencegahan pencemaran lingkungan yang berasal dari kandungan, maka Indonesia dapat termasuk ke dalam kontributor terhadap peningkatan 570.000 kematian dini di seluruh dunia, pada kurun waktu lima (5) tahun, bila dilihat dari laporan studi oleh Komite Perlindungan Lingkungan Laut Finlandia (MEPC) di tahun 2016.

2. Marine Diesel Oil (MDF);

Marine Diesel Fuel (MDF) merupakan bahan bakar jenis sulingan dengan bentuk cair, memiliki warna hitam pekat bila berada pada suhu rendah, serta memiliki kandungan belerang atau sulfur yang rendah, yang menjadikan cocok untuk mesin industri dengan kecepatan sedang.

Bahan bakar Solar dengan jenis diesel atau disebut Marine Diesel Fuel (MDF) juga seringkali disebut sebagai Industrial Diesel Oil (IDO). Di negara Indonesia sendiri, PT Pertamina (Persero) juga memproduksi produk Solar dengan Marine Diesel Fuel (MDF) yang telah sesuai dengan keputusan Dirjen Migas No. 14496.K/14/DJM/2008.

3. High Speed Industrial Diesel (HSD)
Merupakan bahan bakar jenis Solar yang paling banyak dipergunakan sebagai bahan bakar pada berbagai jenis mesin diesel, khususnya dipergunakan di sektor industri. Pada umumnya Solar jenis industri banyak dipergunakan pada beragam mesin dengan kecepatan tinggi, seperti pada mesin genset, mesin berat, mesin kapal laut, mesin kereta api, serta beragam mesin industri lainnya yang sesuai dengan jenis diesel di atas 1000rpm.
Meski demikian, solar industri bisa juga dipergunakan pada jenis mesin dengan tungku pembakaran khusus seperti pada pengering (heater), serta juga bisa digunakan pada 
boiler ataupun mesin pemanas uap yang juga dikenal sebagai kuali. Hal tersebut dikarenakan Solar dengan jenis industri tetap memberikan hasil pada bahan bakar yang sangat baik dan juga bersih.

Baca Artikel Lainnya : Pengertian Viskositas

Bahan bakar Solar dengan jenis High Speed Diesel (HSD) tercipta dari minyak mentah yang kemudian melewati proses distilasi atau lebih umum disebut dengan proses pemanasan yang dilanjutkan ke proses penguapan dengan tekanan tinggi atau dikenal juga sebagai istilah distilasi atmosfir.
Dalam proses produksi dari Solar jenis industry, terdapat banyak perbedaan bila dibandingkan dengan Solar yang biasa dipergunakan di luar sektor industri. Oleh karena itu, terdapat perbedaan pada harga jual kedua jenis solar tersebut, serta kualitas dari bahan bakar Solar tersebut.

Melalui PT Pertamina (Persero), Indonesia telah memproduksi beragam produk Solar jenis High Speed Diesel (HSD). Beberapa produk dari Solar jenis High Speed Diesel (HSD) meliputi:

1. Biodiesel;

Kelebihan solar adalah mudah didapat, dapat disimpan dalam waktu yang lama, dan memberikan tenaga yang besar. Namun, penggunaan solar juga memiliki dampak lingkungan yang cukup besar, terutama dalam proses ekstraksi dan produksinya. Selain itu, solar juga merupakan bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbarui dan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang berbahaya bagi lingkungan.

Untuk dapat mengurangi dampak lingkungan dari penggunaan Solar, ada berbagai teknologi yang dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan Solar dan mengurangi emisi yang dihasilkan. Salah satunya adalah penggunaan Solar jenis Biodiesel, yaitu campuran Solar dengan bahan bakar Biodiesel yang terbuat dari beragam

bahan nabati. Hal ini dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan keberlanjutan penggunaan energi.
Biosolar atau Biodiesel adalah Solar yang dipergunakan untuk mesin berkecepatan tinggi yang terbuat dari campuran Solar yang disuling dan dicampurkan dengan produk nabati dengan campuran sebesar 30% biofuel atau juga disebut sebagai Biosolar B30, yang mana mengacu pada peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015, serta mengacu pada SK No. 0234.K/10/DJM.S/2019.

  1. Pertamina Dex;
    Produk Solar Pertamina Dex (Pertadex) adalah bahan bakar yang ditujukan untuk mesin berkecepatan tinggi, dengan kandungan sulfur atau belerang yang tidak banyak, di mana telah memenuhi standar emisi Euro 3, serta memenuhi juga Peraturan Dirjen Migas Nomor 3675.K/2/DJM/2006.
    Pertamina Dex memiliki angka setana yaitu 53, serta memiliki kandungan sulfur kurang dari 300, dan juga mengandung beragam macam zat aditif dengan masing-masing manfaatnya seperti:
    Demulsifier, yang dapat memberikan perlindungan pada kemurnian bahan bakar dari

    kemungkinan campuran air,
    Detergency, yang berfungsi sebagai zat pembersih pada mesin dari adanya

    kemungkinan residu karbon,
    Corrosion Inhibitor yang berfungsi untuk memberikan perlindungan untuk dapat

    mencegah karat,
    Anti-foaming yang berfungsi untuk dapat mencegah terbentuknya busa yang nantinya

    bisa menghalangi suplai bahan bakar menuju ke mesin.

    Dengan menggunakan Pertamina Dex, maka mesin akan memiliki performa pembakaran yang lebih sempurna, dan juga menghasilkan suara mesin lebih halus, serta akan juga meningkatkan performa dari mesin itu sendiri.

    Kemudian, Pertamina Dex juga memiliki kandungan sulfur yang sangat sedikit, serta mengandung zat aditif yang dapat mencegah korosi pada tempat penyimpanan bahan bakar, dan pada saluran bahan bakar. Pertamina Dex sangat cocok untuk dipergunakan pada mesin diesel kecepatan tinggi, serta akan senantiassa cocok bila dipergunakan untuk mesin diesel dengan teknologi yang lebih terbarukan nantinya.

  2. Marine Gas Oil -5;

    Marine Gas Oil-5 (MGO-5) merupakan bahan bakar Solar sebagai bahan bakar pada kendaraan berkecepatan tinggi, serta juga mempunyai titik tuang yang rendah, yang menjadikan membuatnya stabil, meski berada dalam suhu dingin atau suhu rendah.

    Produk Marine Gas Oil -5 (MGO-5) sangat direkomendasikan sebagai bahan bakar dari mesin diesel yang sangat direkomendasikan untuk dipergunakan seperti pada kegiatan pelayaran kapal menuju ke lokasi subtropis ataupun lokasi yang mengalami suhu dingin atau suhu rendah.

Demikian informasi mengenai warna solar. Semoga dapat menambah informasi bukan hanya mengenai warna solar, namun juga seputar Solar lainnya seperti apa itu Solar, karakteristik dari Solar, ciri dari Solar yang baik, dan seputar hal lainnya mengenai Solar seperti ragam produk Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar dari PT Pertamina (Persero). Semoga artikel mengenai warna solar dapat bermanfaat dan juga mudah untuk dipahami. 



kuti Sosial Media Kami One Solution Pertamina

Linkedin   Pertamina 1 Solution

Instagram : Pertamina1solution

Facebook  Pertamina1solution